
Kecewa? Ah, sudah bukan hal asing untukku. Ku yakin, kau juga pasti tak jarang merasakannya kan? Jujur, kalau kamu tanya apa sebenarnya arti kata kecewa itu, aku bingung menjawabnya. Yang aku tau, ketika suatu hal tidak berjalan sesuai dengan keinginan hati, aku langsung kecewa. Samakah persepsi kita tentang kecewa? Atau mungkin, ternyata sekarang kamu juga sedang merasakan kekecewaan juga?
Bicara tentang hati, bukan aku ahlinya dalam mengungkapkan isi hati. Berlisan berperasa manis saja aku sulit apalagi untuk berucap kecewa. Seperti kopi yang kuminum sore hari ini, kental seperti pekatnya hati dengan rasa kecewa, tak terlalu pahit dan penuh ampas di bawahnya, seperti aku yang sulit berkata kecewa padamu namun penuh kalimat kegondokkan di dasar sanubari.
Baiklah...
Aku sadar tidak adil rasanya aku berharap kau tau isi hati ini tanpa aku mengatakannya. Tiada arti pula aku menuliskan kegundahanku di sini tanpa menyebutkan namamu. Tapi, masih bisakah aku berharap kau memahamiku? Bisa pulakah aku mengandalkanmu kembali sebagai tumpuanku? Atau... Masih bisakah kalimat "Kami membutuhkanmu" untuk menggetarkarkan hatimu?
Ah.... Tuhkan, aku kembali larut dalam pikiranku akan kamu dan kecewaku padamu.
Hah!
Secangkir minuman di depanku kini tak lagi berasa kopi, hanya ada kekecewaan membelenggu diri.
Ya, kini yang tertinggal hanya secangkir kekecewaan.