Tuesday, April 30, 2013

5410

5410
5…
4……
10…….
5 huruf, 4 angka, 10 suku kata.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Malam menjemput kasih yang telah usai.
Angin membawa kembali cerita itu
Bukankah mereka bilang kini semua sudah tiada?
Hilang bersama dedaunan yang berguguran.

Cinta datang bukan karena ingin.
Cinta datang karena ia tahu kapan saat yang tepat.
Manusia tak bisa berkata, hanya bisa merasa.
Bahwa cinta itu benar nyata ketika ada.

Cinta pergi tanpa pamit.
Menyisakan sedikit luka yang tak terbesit.
Salahku membiarkannya pergi tak kembali
Sesalku mundur saat cinta ini masih utuh.

Monday, April 29, 2013

I Feel That

Kini, gue mengerti rasanya jadi Rossi, 3 tahun lalu, di sirkuit Motegi, yang harus mengalah demi Lorenzo karena dipaksa oleh sistem yang dibuat Yamaha Racing Team.
Sakit sIh, sakit. Tapi itu melatih lo untuk menjadi lebih dewasa lagi.

Monday, April 1, 2013

Doing Good is Doing Business

(Copas-ed from my wordpress)
Hello folks!
Tonight, I want to post about the resume one of books that I’ve ever read. The title is . When I first saw this book, I was interested with the title. So I decided to bought this book.
Image
Overall, this book tells us about how to be a good leader who n only motivated by the material things such as getting the company’s name out there, received thanks and recognition, and the chance to get something in return or to gain an advantage. Nowadays, people often see business are a choice between being kind and being successful. This is a flictious trade-off. To be successful in the ever-changing and ever-competitive global marketplace, you may need many things: determination, well-articulated goals, and a bit of luck. In this book, Kristin brings us another factor that needed by the professionals to achieve their goals, KINDNESS!
Kristin asks us to make a kindness become a businnes asset. Because, kindness not only helps others, it also helps us to be a successful as we want to be. This book shows us how to develop ‘kindness capital’. Kindness, coupled with other professional skills and abilities, enables individual professionals to make their career goals and aspirations happen. It will set us on the course to having the things we want and being the person we want to be.
Kristin tells us about 5 powerful tools for developing kindnes capital make such results possible:
1. The power of REPUTATION: building a strong caring reputation
2. The power of RECIPROCITY: giving and garnering reciprocal kindnesses and favors from others
3. The power of PERSONALITY: learning to be someone that others like
4. The power of THANKS: being appreciative of others
5. The power of CONNECTING: connecting with others and building a strong network.
When you use the 5 powers, you raise the level of kindness capital all around you, she said.
Do good and do well are the keys to do a good bussiness. Lack of kindness costs businesses, well, business. You should simultaneously care about and respect others while at the same time enjoying and appreciating the ways in which they can benefit you.
Not only about the theory of being kind-business-one, but Kristin also shows us many quotes from the famous and success-business-man who have already applied the kindness as a capital.
From this book, I learned so many things that there are not only profit or others material things around business but we need kindness to succeeding in business.
It’s enough from me. I hope you’ll also get the advantages from Kristin’s book through my resume.
Night folks! :)

Sehari Sejuta Makna


Haaah….. UTS udah di depan mata tapi gue masih ngerasa otak gue blank dan belom keisi apa2.
Seharian ini gue merasa lelah banget. Bukan lemah fisik, tapi lebih tepatnya lemah batin. Banyak hal yang bisa gue tangkep dari hari ini walaupun gue cuma di rumah doang.
Pertama. Gue lelah karena setiap ada tugas kelompok selalu gue yang paling aktif. Bukan apa-apa, gue itu orangnya khawatiran, gue takut tugas kelompok ga selesai dengan maksimal dan ga dapet nilai. Perfectionist? Nggak juga. Ambi? Bukan gue banget L Mungkin dulu sih iya gue ambi, ikut lomba sana sini. Tapi sekarang? Ga bisa. Gue udah gabisa ambi lagi. Gue lelah karena tiap ada tugas pasti gue jadi inisiatornya yang endingnya gue juga yang jadi ‘pekerja’nya. Kalau kata ayah, kita harus ikhlas. Kalau nilai full buat gue sih nggak apa-apa gue ikhlas, tapi kalau tetep aja dibagi2 nilainya? Fine. Gue lelah. Pelajaran berharga banget adalah gue harus belajar ikhlas. Hem mungkin di aspek lainnya gue ga harus ikhlas makanya cobaan keikhlasan gue terakumulasi di aspek ini.
Ketika mereka meminta tolong (entah ini minta tolong apa nyuruh) gue ngerjain, gue ngerasa ingin teriak ke mereka ‘guys, please. I’m so tired of these fucking things! Have you ever think about my feeling?’ Lelah, lelah banget. Kalau gue tolak yaaa ini tugas gue juga, entar yang kena imbasnya kan gue juga. Yaudahlah, kembali gue mencoba ikhlas. Tapi hari ini, gue cukup puas dengan diri gue sendiri yang berhasil melawan rasa ga enak yang selalu membayangi hidup gue. Gue berhasil menolak suatu kerjaan dan gue serahkan ke mereka. Tadinya, gue bahkan gamau ngerjain part gue. Tapi gue kembali mengalah pada rasa ga enak gue. Jujur, gue ga tenang. Gue gatau apa kabarnya tugas itu, apa udah selesai apa belom. Tapi, gue pengen sekali-kali merasakan jadi mereka. Melepas dan seakan-akan ga taua kalo gue punya tugas. Tapiiiiii, kembali lagi. Ini tugas gue (yang sebenernya tugas kelompok). Gue ga bisa kayak gini. Satu kunci yang bener-bener solusinya, ikhlas. Gue harus ikhlas. Gue mungkin boleh lelah sama hal-hal itu. Tapi gue ga boleh lelah untuk ikhlas.
Kedua. Ada sebuah cerita di hari ini yang amat teramat bikin gue bingung dan jadi serba salah. Oke, emang gue yang salah. Tapi ini bikin gue resah banget.  Mungkin ga semua tau kalo gue itu orangnya suka banget upload foto-foto ke facebook. Salah satunya tadi siang gue upload foto-foto pas lagi timbil BEM. Gue, selama ini, kalau upload foto seringnya via bb dan gue sendiri juga jarang banget tag foto ke orangnya gitu. Males. Pas tadi gue selesai upload yaa gue biasa aja, gue tenang-tenang aja. Gue ga tag-in orang-orang di foto tersebut. Nggak berapa lama kemudian, notif di fb banyak banget gitu. Gue buka via bb taunya ada *pake inisial aja ya* F, M dan R dan beberapa orang lainnya yang gue ga kenal comment di salah satu foto yang gue upload. Hemm gue gatau awalnya, gue sempet comment juga lah disana bilang kalo tujuan gue upload yaa emang pengen upload aja, bukan karena pengen bikin suatu hal yang kontroversial. Karena jujur, gue pun ga memikirkan hal-hal lain selain mau upload foto-foto itu aja. Terus kan gue tinggal tidur tuh. Pas gue bangun, gue liat bb gue, notif fb banyak banget. Gue Cuma buka tapi ga gue liat, karena gue males. Setelah itu, kan gue sempet wasapan sama seseorang yang ada di foto kontroversial yang gue upload itu. Biasa sih, bercanda standard gitu karena kita masih sama-sama gatau. Sampai akhirnya orang tersebut bilang kalau foto yang gue upload itu udah bikin heboh temen2nya. Gue kan bingung yaa kok bisa pada tau foto itu, pas gue cek ternyata ada tag-an ke orang tersebut di foto itu. Dan yang bikin gue tambah kaget adalah yang nge-tag adalah gue. Gue ga ngerti lagi deh. Soalnya gue ga ngetag foto ke siapa2, gue sendiri pun enggak. Pas gue tanya temen gue lainnya, ternyata ada fasilitas tag otomatis gitu dari fb. Gue emang ngeklik dua kali gitu pas upload, gue gatau kalo ternyata klik yang kedua kalinya itu adalah untuk tag otomatis. Iya sih gue sempet bingung gitu pas upload pake web tadi. Ini salah gue karena gue ga teliti karena gue ga liat-liat dulu sebelum bertindak. Salah gue ga mikir lagi. Salah gue. Dan sekarang pun gue digandrungi rasa yang amat teramat ga enak dan ngerasa bersalah banget sama temen gue itu. Di a bilang sih gapapa, selow, lupain. Tapi tetep gue ga enak karena gue tau gue udah salah ke dia. Karena katanya, foto-foto itu pun nyampe ke guru-gurunya. Gue ga enak, sumpah ga enak. Maafin gue yaa L
Banyak hal sebenenrya yang gue dapetin dari hari ini. 24 jam yang belum selesai gue habiskan di hari ini, tapi udah memberikan banyak makna ke gue. Lebih baik ke depannya dan nggak mengulangi kesalahan yang sudah diperbuat adalah kuncinya. Bismillah