Tuesday, December 10, 2013

By The Time This Night is Over

GOOD MORNING GOOD PEOPLE!!
Now, I'm playing a playlist of Kenny G's songs (as usual). Many thanks credit to someone who had uploaded this on Youtube: http://www.youtube.com/watch?v=OOO4ROO_sPM&list=PL3EC4419D66E02F9C

And I wanna share one of my fav songs' lyric from Kenny G feat. Peabo Bryson (hmm wait or it's a song of Peabo Bryson feat. Kenny G? Yaaa whatever). Here it is! Hope you'll enjoy as much as me love this song:


"By The Time This Night is Over"

Silence takes over
Sayin' all we need to say
There's endless possibilities
In the moves we can make
Your kiss is giving every indication
If this heart of mine is right

By the time this night is over
The stars are gonna shine on two lovers in love
And when the morning comes
Its gonna find us together
In a love that's just begun
By the time this night is over
Two hearts are gonna fly to the Heavens above
And we'll get closer and closer and closer
By the time this night is over

Lets take a slow and easy ride
Just lay back and let love take us over
There's magic here with you and I
And its gonna take us all the way
Lets find some kind of a deeper conversation
And darling if its right

By the time this night is over
The stars are gonna shine on two lovers in love
And when the morning comes
Its gonna find us together
In a love that's just begun
By the time this night is over
Two hearts are gonna fly to the Heavens above
And we'll get closer and closer and closer
By the time this night is over

A night like this may never come again
And you wont want this lie to end
Oh baby we can have it all
By the time this night is over
Ooh ooh ooh

By the time this night is over
The stars are gonna shine on two lovers in love
And when the morning comes
Its gonna find us together
In a love that's just begun
By the time this night is over
Two hearts are gonna fly to the Heavens above
And we'll get closer and closer and closer
By the time this night is over

Over
Gonna wrap my lovin' arms around you
By the time this night is over
Heavens gonna smile, gonna smile on two lovers
By the time this night is over
By the time this night is over
Heaven let me go, Heaven let you go baby
By the time this night is over




Wednesday, December 4, 2013

Kegagalan Koperasi di Indonesia: Sebuah Kesalahpahaman yang Berkelanjutan

Pada beberapa negara, koperasi seringkali disejajarkan dengan perusahaan swasta, akan tetapi prinsip dasar dari berdirinya koperasi sebenarnya berbeda dengan perusahaan swasta. Koperasi didirikan untuk memberikan manfaat untuk seluruh anggota dan masyarakat setempat tanpa merugikan mereka. Sebagai lembaga ekonomi, koperasi juga memiliki tujuan untuk memperoleh keuntungan. Namun, konteks keuntungan dalam koperasi bukanlah keuntungan seperti yang dimaksudkan perusahaan-perusahaan swasta. Keuntungan di dalam koperasi tercapai apabila anggotanya memperoleh keuntungan dari kemudahan yang diperolehnya selama menjadi anggota. Intinya, suatu koperasi akan dikatakan untung apabila berhasil meningkatkan kemakmuran perekonomian anggotanya.

1.        Pengertian dan Jati Diri Koperasi
Menurut Cooperative Identity Statement, International Cooperative Alliance (ICA) pada tahun 1995 menyebutkan bahwa pengertian koperasi adalah sebuah perkumpulan otonom dari orang-orang yang bersatu secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan bersama ekonomi, sosial, dan kebutuhan dan aspirasi budaya melalui usaha bersama yang dimiliki dan dikendalikan secara demokratis. Sedangkan menurut Undang-Undang yang berlaku di negara kita sendiri, yakni Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992, koperasi didefinisikan sebagai badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hokum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan.
Dalam beroperasinya, koperasi didasarkan pada nilai-nilai menolong diri sendiri, tanggung jawab sendiri, demokrasi, kesetaraan, keadilan dan solidaritas. Para anggota koperasi pun percaya pada nilai-nilai etis dari kejujuran, keterbukaan, tanggung jawab sosial dan kepedulian terhadap orang lain. Selain itu, menurut International Cooperative Alliance (ICA), koperasi memiliki empat asas pokok, yakni keanggotaan sukarela, satu anggota memiliki satu suara, bunga atas modal terbatas, dan pembagian SHU sessuai dengan partisipasi transaksi anggota dengan koperasinya.
Dalam prakteknya, koperasi juga memiliki prinsip-prinsip yang dijadikan pedoman. Prinsip-prinsip tersebut adalah (1) keanggotaan sukarela dan terbuka, (2) Pengawasan secara demokratis oleh anggota, (3) Partisipasi ekonomi anggota, (4) Otonomi dan kemerdekaan, (5) Pendidikan, pelatihan, dan informasi, (6) Kerjasama antar koperasi dan (7) Kepedulian masyarakat.

2.        Perkembangan Koperasi di Indonesia
Koperasi pertama kali lahir pada tahun 1844 di Inggris. Kelahiran ini diawali oleh sebuah kondisi ekonomi yang dianggap sudah tidak dapat lagi diterima pada saat itu, yakni kapitalisme. Kapitalisme adalah sebuah sistem ekonomi yang bertumpu pada kapital, dimana kapital menjadi sebuah faktor penting bagi berjalannya perekonomian sebuah negara. Hal ini menyebabkan banyaknya perusahaan-perusahaan yang menggunakan mesin dalam proses produksi dan mulai meninggalkan manusia sebagai faktor produksi. Kejatuhan dari nilai manusia ini menyebabkan banyaknya buruh yang tidak sejahtera. Hal inilah yang mendorong munculnya pemikiran positif dari para buruh untuk melakukan kerjasama dalam pembelian barang-barang. Pembelian bersama yang terus mereka lakukan tak hanya memberikan mereka keuntungan dari segi biaya yang dikeluarkan lebih murah, tetapi mereka sadar bahwa kerjasama yang mereka lakukan merupakan salah satu cara praktis dalam melawan penindasan kaum kapitalis. Kerjasama ini terus berkembang sehingga timbul sebuah istilah cooperative atau koperasi.
Cikal bakal koperasi muncul di Indonesia pada tahun 1896, ketika Pamong Praja Patih R. Aria Wiria Atmaja mendirikan sebuah bank untuk para pegawai negeri yang dinamai Bank Pertolongan Tabungan. Setelah itu, dengan bantuan De Wolffyan Westerrode, seorang asisten residen Belanda, Bank tersebut diganti menjadi Bank Pertolongan, Tabungan dan Pertanian agar dapat semakin luas jangkauannya. Bank tersebut pun direncanakan untuk dijadikan koperasi. Namun sayangnya hal itu tidak dibolehkan oleh Belanda. Meski dilarang, gerakan koperasi ternyata secara perlahan menjamur di masyarakat. Dalam rangka mengantisipasinya, pemerintah Hindia Belanda pun mengeluarkan berbagai peraturan perundangan tentang perkoperasian yang cenderung mendiskriminasikan tataran hidup berkoperasi.
Mulai tahun 1908, ketika Budi Utomo lahir, gerakan ekonomi koperasi pun kembali dihidupkan, terlebih lagi dengan berdirinya Serikat Dagang Islam pada tahun 1927 dan Partai Nasional Indonesia pada tahun 1929 yang turut memperjuangkan penyebarluasan semangat koperasi. Namun, Belanda kembali mematikan gerakan tersebut. Hingga akhirnya Jepang menduduki Indonesia dan mendirikan koperasi. Hal ini pun disambut baik oleh masyarakat Indonesia. Namun sayangnya seiring berjalannya waktu, fungsi dari koperasi ini pun berubah menjadi alat Jepang untuk mengeruk keuntungan dan menyengsarakan rakyat Indonesia. Gerakan koperasi pun kembali hidup setelah diadakannya Kongres Koperasi pada tanggal 12 Juli 1947 di Tasikmalaya, yang kemudian ditetapkan sebagai Hari Koperasi Indonesia.
Perkembangan Indonesia sendiri mengalami pasang surut dengan motif kegiatan usaha yang berbeda-beda tiap waktu sesuai dengan iklim lingkungannya. Koperasi pertama di Indonesia menekankan pada kegiatan simpan pinjam, selanjutnya koperasi cenderung pada kegiatan penyediaan barang-barang konsumsi, dan kemudian kopeasi menekankan pada kegiatan penyediaan barang-barang untuk keperluan produksi. Seiring berjalannya waktu, kegiatan usaha koperasi pun cenderung memiliki beberapa jenis kegiatan usaha, atau yang sering disebut dengan Koperasi Serba Usaha. Hal tersebut pun masih terus berkembang hingga sekarang.

3.        Koperasi di Indonesia Dulu dan Sekarang; Pemahaman dan Kesalahpahaman
Dewasa ini, koperasi seringkali dianggap tengah mati suri oleh masyarakat Indonesia. Pergerakannya yang lamban dan juga kurangnya karya nyata dari koperasi di Indonesia menyebabkan koperasi kurang eksis di mata rakyat Indonesia. Padahal, saat masa kemerdekaan dahulu, koperasi mengalami perkembangan yang jauh lebih baik dibandingkan sekarang. Hal ini dikarenakan adanya dukungan dari pemerintah, terutama Moh. Hatta. Saat itu, koperasi dijelaskan sebagai gerakan ekonomi yang sesuai dengan UUD, yakni ekonomi atas azas kekeluargaan. Arus dukungan yang diberikan pemerintah pada saat itu sangat positif. Dimulai dengan pendaftaran koperasi-koperasi di seluruh Indonesia, yang pada saat itu menyentuh angka 2500 unit. Kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah pada saat itu juga mendukung koperasi untuk lebih berkembang dan membantu pemulihan perekonomian nasional setelah penjajahan. Tak hanya pengembangan koperasi dari dalam, eksistensi koperasi yang bersifat eksternal pun juga dikembangkan, seperti halnya membangun hubungan baik antara Dewan Koperasi Indonesia dengan International Cooperative Alliance (ICA).
Secara kuantitatif koperasi dapat dikatakan terus bertumbuh, namun ternyata kualitas dari koperasi ternyata tidak begitu membanggakan. Pada umumnya, koperasi kurang memiliki sumber daya manusia yang kompeten dan manajerial koperasi yang masih belum professional. Makadari itu, pelatihan dan pembinaan untuk unit-unit koperasi di Indonesia pun digencarkan. Hal ini bertujuan untuk meujudkan manajemen koperasi yang rasional dan efektif dalam mengembangkan kegiatan ekonomi para anggotanya. Pelatihan dan pembinaan untuk unit-unit koperasi di Indonesia pun digencarkan. Hal ini bertujuan untuk meujudkan manajemen koperasi yang rasional dan efektif dalam mengembangkan kegiatan ekonomi para anggotanya. Meski begitu, kualitas dari koperasi masih dapat dikatakan lamban untuk berkembang. Hal inilah yang kemudian menjadi masalah hingga sekarang.
Kurang baiknya kinerja koperasi selama ini dinilai sebagai akibat kesalahpahaman dan paradigma dalam pengembangan koperasi. Salah satu penyebab mengapa koperasi sulit dikembangkan di Indonesia adalah sebab selama ini pemerintah mengembangkan koperasi sebagai agen untuk menyalurkan program-program pemerintah kepada masyarakat, terutama untuk sektor-sektor yang menyerap tenaga kerja, contohnya pertanian. Selain itu, pemerintah selama ini hanya melihat persoalan koperasi sebagai persoalan modal semata, sehingga kebijakan-kebijakan untuk mengembangkan koperasi hanya berputar pada program-program bantuan modal untuk koperasi. Pemerintah kurang peka dalam pencarian keuntungan dalam pengelolaan koperasi. Salah satu implementasi kesalahpahaman mengenai permodalan koperasi ini dapat dilihat dari Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Koperasi, dimana disebutkan bahwa sumber modal koperasi dapat didapatkan dari modal penyertaan, yakni penyetoran modal pada koperasi berupa uang atau/barang yang dapat dinilai dengan uang yang disetorkan oleh non-anggota. Hal ini dapat berakibat pemodal besar dapat mendominasi koperasi.
Tak hanya mengenai permodalan, UU Koperasi baru juga menimbulkan banyak perdebatan di kalangan masyarakat. Contoh lainnya yakni mengenai peran Badan Pengawas. Fungsi Badan Pengawas kini lebih dominan, sebab pengurus diangkat dan diberhentikan oleh Dewan Pengawas. Anggota koperasi hanya diposisikan sebagai obyek badan usaha sebab koperasi kini lebih mengedepankan materi daripada keterlibatan anggota dalam keberlangsugan koperasi. Hal ini dikhawatirkan dapat menghancurkan karakteristik organisasi koperasi. Budaya demokrasi pun juga dapat hilang karena peran Dewan Pengawas yang terlalu dominan.
Selain adanya salah kaprah dalam menanggapi kesurutan peran koperasi di perekonomian nasional seperti yang telah disebutkan di atas, adapula permasalahan lainnya yang kini tengah dihadapi koperasi. Salah satunya adalah adanya persepsi di masyarakat yang menganggap koperasi adalah stigma ekonomi marjinal, yang diperuntukkan untuk golongan masyarakat bawah. Hal ini menimbulkan keengganan bagi masyarakat yang mampu secara materi karena merasa gengsi untuk ikut terlibat dalam koperasi. Sehingga, koperasi dianggap sebagai kumpulan pelaku bisnis yang perlu dikasihani.
Beberapa hambatan lainnya yang dihadapi koperasi sehingga sulit untuk berkembang adalah kurangnya partisipasi anggota. Pada umumnya masyarakat kurang mengerti manfaat atas keterlibatan mereka di dalam kegiatan koperasi, sehingga mereka tidak menunjukkan partisipasinya baik secara kontribusi maupun insentif terhadap kegiatan koperasi. Hal ini dapat dikurangi dengan cara menambah pendidikan serta pelatihan untuk anggota koperasi sebagai bentuk pencerdasan mengenai manfaat berkoperasi. Rendahnya sosialisasi mengenai esensi kehadiran koperasi juga menyebabkan rendahnya tingkat partisipasi masyarakat untuk berkoperasi. Masyarakat hanya menganggap koperasi hanya mempunyai fungsi melayani tapi tidak mengerti peran penting koperasi dalam kehidupan sosialisasi masyarakat.
Permasalahan utama lainnya yang kerap kali menjadi sumber mengapa koperasi tidak dapat berkembang dengan baik di Indonesia adalah sumber daya manusia dan manjemennya. Banyak anggota, pengurus, pengelola maupun pengawas koperasi kurang dapat mendukung jalannya koperasi dengan baik. Hal ini menyebabkan koperasi kerap kali berjalan dengan tidak professional. Kini, seringkali pendirian koperasi didasarkan dari atas atau pemerintah bukan dari masyarakat. Sehingga pengelolaan koperasi pun menjadi kurang dapat dikontrol dengan ketat dari para anggotanya. Pengelola koperasi pun seringkali diambil bukan dari yang berpengalaman. Ketidak-profesionalan ini pun pada akhirnya menyebabkan manajemen koperasi tidak berjalan dengan baik. Seyogyanya, manajemen koperasi diarahkan pada orientasi stratejik dan diisi oleh masyarakat yang mampu menghimpun dan memobilisasi berbagai sumber daya yang diperlukan. Tingkat pendidikan yang rendah yang dimiliki oleh anggota dan pengurus koperasi dapat menyebabkan lemahnya manajemen koperasi.
Permasalahan lainnya adalah masih banyaknya koperasi yang tidak diberikan kebebasan dalam menjalankan setiap tindakannya. Seharusnya, koperasi dapat dengan leluasa memberikan pelayanan untuk masyarakat. Sebab, fungsi kopeasi sendiri adalah meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat dengan segala usaha yang dijalankannya. Tingkat birokrasi yang ribet dengan berbagai syarat yang sulit menyebabkan demokrasi ekonomi yang dimiliki koperasi kurang. Pelayanan yang diberikan koperasi pun tidak maksimal
Pemerintah yang terlalu ‘memanjakan’ koperasi salah satu alasan koperasi tidak berkembang di Indonesia. Koperasi banyak dibantu pemerintah melalui program-program yang dijalankan, terutama dalam hal permodalan. Pada umumnya, bantuan ini hanya diberikan oleh pemerintah secara Cuma-Cuma, sehingga salah satu prinsip koperasi, yaitu adanya partisipasi ekonomi dari anggota, tidak berjalan. Bantuan ini akan memanjakan koperasi sehingga koperasi akan bergantung pada pemerintah dan tidak mandiri. Terlebih lagi, hal ini dapat menjadi benalu sendiri bagi negara dalam hal pembiayaan.

4.        Saran untuk Mengembangkan Koperasi di Indonesia
Menurut Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, koperasi merupakan suatu gerakan ekonomi yang paling cocok dengan Indonesia, yakni karena didasari azas kekeluarga. Namun ironisnya, koperasi sendiri justeru tidak berkembang dengan baik di Indonesia karena disebabkan berbagai permasalahan yang dihadapi. Makadari itu perlu adanya langkah-langkah stratejik untuk membangkitkan kembali semangat koperasi untuk membantu perekonomian nasional.
Permasahalan utama yang dihadapi koperasi adalah karena banyaknya kesalahpahaman yang muncul di masyarakat dan juga rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai koperasi. Dalam mengurangi berbagai permasalahan di atas, hal penting yang harus segera dilakukan oleh pemerintah adalah dengan memperbanyak pelatihan dan pendidikan mengenai esensi kehadiran koperasi bagi masyarakat luas. Hal ini juga penting dalam meluruskan segala kesalahpahaman masyarakat mengenai koperasi. Selain itu, pelatihan ini juga penting untuk menyadarkan masyarakat mengenai arti penting kehadiran koperasi bagia perekonomian nasional. Dengan begitu, semangat koperasi pun dapat terus terjaga dan koperasi pun dapat terus berkembang di Indonesia.

Sunday, December 1, 2013

Another Miracle :)

Tiada malam lebih indah dari malam ini.
Mungkin ada , tapi yang kutau dan ku ingat sekarang adalah… Malam ini begitu indah.
Terimakasih Tuhan kau telah memberikan kembali kesempatan-Mu itu.
Kau sungguh baik, Kau sungguh pemurah
Hingga diri ini terkadang merasa malu untuk terus mendapat rahmat-Mu.

Rasa syukur terus-terusan kami panjatkan pada-Mu.
Janjipun kami ucapkan demi kebaikan-Mu untuk kami
Doa juga tak lupa kami terus panjatkan.
Kami hanya ingin ridho-Mu dan berkah-Mu.

Yaa Allah, Engkau Maha Tahu apa yang ada di dalam hati tiap-tiap hamba-Mu
Aku benar-benar kehabisan kata untuk menyampaikan
Betapa besarnya rasa syukurku pada-Mu.
Hanya tangisan syukur dan senyuman lah yang bisa ku lakukan sekarang.
Hanya dua hal itu yang dapat menjelaskan semuanya.
Betapa besarnya rasa syukurku pada-Mu

Sunday, November 24, 2013

Taukah Kamu?

Kamu tau?
Terkadang cinta itu nggak hanya tentang pena yang menari cantik di atas kertas putih kosong untuk menorehkan kalimat-kalimat indah.
Terkadang cinta juga bukan hanya sekadar janji-janji akan masa depan yang diucapkan begitu meyakinkannya.
Terkadang cinta itu hanya butuh sedikit untaikan kata yang dapat menembus hati seorang manusia hingga membuatnya bersyukur sujud.


Kamu tau?
Cinta tak butuh kamu menjadi puitis untuk mengutarakannya.
Cinta juga tak bernilai barang yang kamu berikan.
Cinta itu menerima.
Cinta itu jujur.
Dan cinta itu ikhlas.


Kamu tau?
Cinta itu tak hanya sebatas ucapanmu.
Cinta itu perlu dibuktikan untuk meyakinkan.
Cinta juga tak pasrah pada takdir.
Makadari cinta itu perlu diusahakan agar selalu bertahan.

Lalu...
Apakah kamu tau apa itu cinta?
Apa kamu tau bagaimana cara mendefinisikan cinta dengan baik?
Bagaimana dengan frase ‘aku dan kamu’?
Cukup kah?


Tuesday, November 19, 2013

What Kind of Love That I Have?

Sudah seminggu lebih aku merasa raga ini jauh dari jiwanya. Iya, aku memang masih di sini, berdiri dan berlarian di bumi, namun tidak dengan jiwaku yang terbang jauh entah kemana. Pikiranku terus melayang tanpa arah tujuan. Bebas, seperti mencari sebuah jawaban atas ketidakpastian ini. Hati ini terus bergejolak, menggebu seperti ada sesuatu yang harus dikeluarkan. Nafas pun terasa sesak ketika ku ingat semuanya. Semua hal yang membuat diri ini lemah, takut, gelisah, dan ikhlas dalam satu waktu.

Ketika kamu mencintai sesuatu hal? Apa sajakah yang akan kau lakukan dengan cintamu itu? Apakah kau akan menyatakannya? Sekadar untuk informasi ataukah sebagai gerik untuk merebutnya?

Menyatakannya yaa?? Hmm....
Aku telah menyatakan rasa cintaku ini padanya (hal tersebut) semenjak ku bertemu dengannya. Perkenalan aku dengannya saat itu secara langsung, tapi melalui perantara. Semenjak ku mengenalnya, dan mengetahui segala tentang dirinya, aku telah jatuh cinta padanya. Semakin lama, rasa cintaku itu pun semakin membesar. Bersyukur aku mendapatkan kesempatan untuk menyampaikan rasaku tersebut dan berhasil memilikinya.

Hampir Setahun.......
Hampir setahun kita bersama. Terlalu banyak kisah yang telah kami lalui bersama. Terlalu banyak waktu yang kami habiskan untuk canda, tawa, serta tangis bersama. Hanya karenanya ku bisa pulang jam 1 malam. Hanya dengannya ku bisa rela telat datang les hanya untuk menikmati waktu-waktu bersamanya. Kau tau? Semakin lama, rasa cintaku padanya semakin besar. Rinduku pun begitu. Tapi, apakah ia menyadarinya? Ia terlalu mudah untuk dicintai, walaupun terlalu mudah pula untuk dibenci. Kadang ku iri dengannya, mengapa ia segitu mudah untuk mendapatkan banyak cinta dari orang-orang? Termasuk aku.

Hanya Setahun........
Kalau saja ku bisa, masih banyak hari dan malam yang ku ingin habiskan bersamamu. Sayang, waktu aku dan kamu terbatas. Setahun kesempatan yang telah diberikan oleh Tuhan untuk ku lalui bersamamu pun sudah hampir habis masanya. Terkadang aku berpikir ini tidak adil. Bagaimana bisa aku berpisah denganmu ketika rasa cinta ini sudah begitu membesar? Bahkan terkadang, aku tak bisa lagi membendungnya. Memikirkannya saja telah membuat jiwaku melayang. Mengingatnya saja telah membuat mata ini selalu meneteskan air mata. Sungguh, aku tak bisa membayangkan ketika waktu itu tiba, aku harus melepaskan genggaman ini. Aku.................... takut kehilanganmu.

Genggaman?
Ada orang yang bilang apabila kita sudah mencinta, kita tak akan bisa merelakannya, termasuk merelakannya pergi. Bagaimana denganku? Kau tau kan aku posesif terhadapmu. Aku tak mau melepaskan genggaman ini. Aku tak mau merelakan kau pergi dari ku. Tapi......... bagaimana dengan istilah bahwa cinta itu tak saling memiliki? Apakah itu artinya aku masih dapat berjalan dengan cintaku ini, yang walau tak bisa merelakanmu pergi dan tanpa memilikimu? Atau kedua pandangan itu merupakan hal yang tak dapat digabungkan dan hanya bisa dipilih salah satunya? Kalau begitu, yang mana yang harus ku pilih?

Ku hanya ingin kau tau............
Wahai engkau yang berdiam diri di sana. Mungkin engkau tak dapat terlihat kasat mata, tapi kehadiranmu sangat terasa di hati ini. Banyak orang yang mencintaimu, termasuk aku. Dan aku tau rasa cinta kami ke kamu pun sangat besar atau bahkan banyak yang lebih besar dari cintaku. Tapi ku hanya ingin kau tau, rasa cintaku ke kamu itu segitu besarnya. Pada hingga saat ini, aku sudah mencapai titik sungguh aku ikhlas bagaimana takdir berbicara mengenai kita kedepannya. Tapi mengingat dua pandangan di atas, aku kini menjadi ragu kembali. Apakah aku termasuk pecinta yang tak mudah merelakan kepergianmu atau aku adalah pecinta yang ikhlas apabila aku tak berhasil memilikimu?

Yang ku tau, aku hanya mencintaimu.

*NB: Seluruh kata-kata -nya, -mu, kamu, dan kata sapaan lainnya ditujukan untuk 'sesuatu hal'

Sunday, November 17, 2013

Aku Rindu Padamu (Mereka)

Halo kawan, apa kabar dirimu di sana? Hmm sudah lama kita tidak berbincang yaa... Iya sih kita sering berbincang lewat Whatsapp ataupun BBM selama ini, tapi bukan mengobrol seperti itu yang ku maksud. Berbincang langsung, bertatap muka yang ku rindu. Membaca gaya tubuh saat kau uraikan kisahmu lah yang ku rindukan. Melihat matamu yang selalu menggambarkan suasana hatimu lah yang ku inginkan. Serta ekspresi mukamu yang penuh dengan arti yang selalu ingin ku lihat. Yaa walaupun rautmu itu seringkali berbicara hati yang sedang gundah gulana.

Hahaha, iya masih jelas di ingatanku, bagaimana dulu kamu tiap hari berkeluh kesah padaku mengenai satu perempuan yang telah membuatmu terjatuh dan terpenjara dan seakan kau tidak dapat lagi keluar dari hatinya. Bagaimana? Bagaimana perasaanmu sekarang kepadanya? Ahya aku tau jawabannya, karena kau baru saja ceritakan tentangnya kepadaku. Senang adalah ketika aku masih menjadi orang terpercayamu untuk menceritakan hal mengenainya. Namun, terkadang, gurauan dan canda di tengah obrolan kawat kita itu terasa hampa. Kosong karena yang kulihat hanya tulisan dan emoticon-emoticon, bukan muka layumu yang biasa kau munculkan ketika kau bercerita tentangnya. Kau adalah orang yang paling manut dan paling ga rasional mengenai hati hahaha padahal kau yang terpintar. Bahkan mengenai hatiku saja, kau tidak dapat melihatnya dengan waras. Hingga aku pun tertular ketidakwarasanmu itu ketika berhubungan dengannya. Namun kamu, tetap menjadi pengingat yang terbaik di tengah ketidakrasionalanmu itu. Kamu yang baru saja mengobrol tidak langsung denganku, ada apa? Apabila ada kisah yang ingin kau bagi, aku masih sama seperti dulu, aku masih temanmu yang siap mendengar segala ceritamu. Bahkan, seperti katamu, aku siap untuk menjadi orang yang selalu mengerti kamu.

Ahya, kalau kamu, iya kamu, apa kabar? Hmm kamu yang sekarang tampaknya sudah sangat sibuk sekali dengan kegiatan-kegiatan kampusmu, sampai-sampai seperti sudah tak ada waktu lagi untukku. Padahal dulu, setiap canda dan tangismu, kau bagi kepadaku. Yaa walaupun lebih sering harus ku tanya terlebih dahulu karena kamu yang terlalu kaku untuk bercerita. Hmm aku teringat, yaa hebat yaa 2 wanita itu berhasil menembus tembok hatimu yang dingin hingga akhirnya kau bingung sendiri dan tak bisa memilihnya. Aku masih ingat sekali kisah-kisahmu dengan mereka. Aku juga tak lupa kisahmu dengan kisahku. Ketika kita tersadar bahwa kita sebenarnya pernah saling terjatuh satu sama lain tanpa kita sadari. Kita terlalu nyaman dengan keakraban dan kehangatan itu hingga kita tak mengerti bahwa dahulu rasa itu ternyata lebih dari sekadar kata 'teman'. Kesadaran yang kita temui pun di waktu yang berbeda. Hmm, mungkin itu yang terbaik. Apa kata dunia apabila dirimu ada kisah dengan 3 orang sekaligus (apabila ditambah diriku) yang mereka bertiga juga temenan. Hahaha. Senang juga rasanya bisa menembus dinginnya hatimu dulu, baik sebagai teman ataupun sebagai................ Ah sudahlah. Hmm aku baru mengerti, pantas saja dahulu kamu marah besar ketika ku lanjutkan hubunganku dengan dengannya waktu itu. Pantas saja kau telepon aku dan marah-marah hingga sukses membuatku menangis semalaman. Pantas..... Tapi kenapa kamu tidak ingat bahwa kau pernah marah padaku yaa?? Hmm yasudahlah. Lalu sekarang, apa hatimu masih sedingin dulu? Apa kabar teman?

Lalu kalau kamu yang kini sedang asik belajar, apa kabar? Bagaimana dengan pacarmu itu? Hmm sekarang sudah hampir 3 tahun kah? Aku tak ingat betul kapan kau mulai berpacaran dengannya, yang ku ingat adalah semenjak dengannya, kau berhenti melirik ke sana sini. Iya iyaaa aku masih ingat kebiasaanmu itu. Mungkin stok cinta di hati kamu berlebihan yaa hingga kau selalu merasa tidak puas dan selalu melihat perempuan lainnya walau kau tau di sampingmu telah ada orang lain. Hahahaha tapi semenjak dengannya, kau berubah yaa. Lebih rajin dan lebih giat melakukan aktivitas dan yang paling utama sih, kau mulai mengerti bahwa perempuan di sampingmu itu sudah lebih dari cukup. Aku turut bahagia mendengarnya. Kita sudah lama tak berbincang kawan. Sudah lama sekali. Ku harap kau sehat dan baik-baik aja yaa di sana. Ahyaaa, dan langgeng-langgeng yaa sama dia.

Kamu! Yaaa aku hampir lupa sama kamu. Hahaha ga deh, kamu tak pernah ku lupakan. Kamu yang selalu merasa dirinya setia dengan menunggu cinta sejati dari perempuan itu hingga bertahun-tahun hanya karena kau tidak bisa melakukan hubungan jarak jauh namun kau yakin bahwa jodohmu adalah dia. Masih ku ingat kisah-kisahmu tiap akhir minggu melalui telpon mengenai bagaimana perkembangan hubungan kalian. Iyaa, telpon-telpon yang menyebabkan kau sempat terjatuh pula padaku, yang justeru dahulu sempat membuat kita (sangat) jauh karena adanya percampuran rasa di dirimu. Aku masih ingat bagaimana pengakuanmu mengenai rasamu padaku dan rasamu padanya, yang membuatku hanya bisa diam dan marah padamu lalu kau berbalik marah padaku. Hingga akhirnya kita kembali pada titik bahwa kita saling membutuhkan dan kau tau bahwa kebutuhan itu pun hanya sekadar sahabat, tak lebih. Sudah lama sekali kau tidak kisahkan mengenai perempuan itu, yang telah membuatmu jatuh dan tak dapat ke lain hati. Aku rindu omelanmu mengenai sikapku yang terlalu berlebihan ke teman-teman cowok. Ku rindu perdebatan kita mengenai sikapku yang menurutmu telah memberi harapan berlebih ke cowok-cowok, padahal aku merasa itu biasa aja. Aku rindu segala nasihatmu terutama mengenai menghadapi cowok-cowok itu. Aku rindu kamu, teman.

Huuuh.... Hampir lega menulis semua kegundahan dan kerinduan hati ini untuk kalian. Aku ingin sekali bertemu kalian, memeluk erat kalian seakan tak terpisah lagi, mengobrol hangat seperti layaknya tak ada waktu yang memisahkan dan berbagi kisah seperti tak ada lagi batas antara kita. Aku rindu kalian, sungguh.

17 November 2013, 11 pm
Ditulis dengan perasaan sangat rindu kepada para sahabat dan dengan mata yang berlinang menahan rasa yang menyeruak dari hati,

-Gisty Ajeng Septami-

Monday, November 4, 2013

Selamat Malam :)

Malam, ku tak tau harus memulai kisahku dari mana.
Kisah yang cukup mengejutkan dan menyakitkan selama dua hari ke belakang.
Bukan tentang sebab dan akibat dari kisah itu.
Tapi lebih ke proses pendewasaan diri ini menghadapinya.

Jujur, ini bukan kali pertama ku hadapi situasi seperti kemarin.
Aku sudah beberapa kali mengalaminya.
Tapi yang berbeda adalah, orang serta waktunya.
Tapi yang berbeda adalah, kini ku bersama orang yang lebih dewasa pemikirannya dan juga waktu yang memaksaku untuk lebih dewasa.

Tekad dan komitmen pada kata 'Iya' yang kuucapkan 28 Agustus lalu seperti menjadi sebuah kekuatan di kala diri ini sudah kehilangan asa.
Ku tengok kembali hati yang mulai meragu, apakah ini masih dapat ku lanjutkan.
Kembali, kata 'iya' tanggal 28 Agustus lalu benar-benar menjadi sihir bagiku.
Tuhan, masih adakah harapan apabila ku andalkan serpihan kekuatan kata 'iya' ku tersebut?

Kesempatan kedua......
Tidak ada usaha yang tidak membuahkan hasil sesuai dengan usaha tersebut.
Banyak orang sih yang bilang seperti itu.
Aku pun meyakininya.
Berandalkan keyakinan akan impian di masa depan, ku kerahkan usahaku untuk mempertahankan komitmen yang sudah ada.
Hingga akhirnya, kesempatan kedua pun teraih.

Tuhan, terimakasih atas kesempatan kedua ini.
Kesempatan kedua dapat dikatakan kesempatan terakhir, itu menurut kamusku.
Memahami apa yang kuyakini tersebut, ku berjanji tak akan menyiakannya.
Bimbing aku selalu untuk selalu memanfaatkan setiap kesempatan yang Kau berikan.
Ridhoi aku selalu dalam setiap langkah ini.
Dan jangan biarkan ku terlena dalam kesempatan kedua ini.

Malam, terimakasih untuk mendengar kicauanku di tengah malam ini.
Ku tau meski ku hanya menulisnya tersirat, tapi aku yakin kau memahaminya.
Ku yakin saat membaca ini, banyak kata aamiin yang kau ucapkan untuk setiap doaku.
Dan ku yakin, ini bukan terakhir kalinya kau menemaniku dalam setiap kegundahan hati ini kan?
Selamat malam :)

Sunday, November 3, 2013

I Don't Dare to Lose You

I've been losing sleep since last night.
I'm thinking about us and it's killing me slowly.
I just don't wanna lose you.
Have we been losing our faith now?
I'm lost for words.
I cannot say anything to describe what I feel right now
I still into you.
I just don't wanna lose you.
We are having problems now.
If you are willing we can solve them, in time, I'm just begging you to support me to try.
I need you to stay to get through.
Every second, every minute, every time I dream about the days and nights when you and I both seem so happy.
I hope we can get passed all the problem have and let go.
I don't know, yet, I still believe we have the chance.
Because
.
.
.
.
.
I still love you.

Wednesday, October 30, 2013

Malam

Malam.. Jangan pernah lelah yaa untuk selalu mengingatkanku dalam heningmu.
Malam.. Jangan pernah bosan yaa untuk selalu menjagaku dalam dinginmu.
Malam.. Jangan pernah letih yaa untuk selalu menemaniku dalam gelapmu.

Sadarkanku selalu sebelum siang kembali datang 'tuk mengambil sadarku
Ingatkanku selalu sebelum siang kembali datang 'tuk merenggut ingatanku

Bukan karena terang lalu aku dapat hidup bersama siang.
Tetapi karena tak ada terang, aku dapat hidup bersama malam.
Karena ketika itulah, aku dapat memahami "Siapa Aku Sebenarnya"

Hah....
Kenapa ini? Kenapa ku harus terus mengigau?
Bukankah ini bukan seperti aku biasanya?
Lalu dimana malam?
Bukankah ia bertugas untuk mendampingiku?
Membimbingku untuk kembali dalam diriku sebelum siang memisahkan kembali?

Hah....
Aku baru ingat!
Malam! Walau ia hening, dingin dan gelap, ia memiliki selera humor yang tinggi
Entahlah, ku tak memahaminya
Mungkin ia hanya membiarkanku untuk berdiri sendiri
Belajar mempersiapkan diri sebelum siang kembali
Ahya! Mungkin iya, seperti itu.
Malam tak pernah salah
Karena malam selalu ada untuk memahami.

Friday, October 18, 2013

(Re-Blog) Apa Kabar?

Kamu, tujuh-tahun-mendatangku,
Ah, lama, ya, tak bincang lewat kata. Kabar baikkah? 
Ya, tertawa saja jika kutanya kabar. Tak apa pula, bukan, jika kini tak tahu-menahu kabar? Toh, romantis bukan bisikkan kabar tiap saat, cukup saling pinta dalam diam agar dijadikan satu saat siap nanti. Namun, tetap saja terus kuharap primamu di setiap waktu.Baik-baik, kumohon

Kamu, yang ternyata-mungkin-lebih-atau-bahkan-kurang-dari-tujuh-tahun-mendatangku, 
Bagaimana kau lewati harimu? Bagaimana usaha gapai (aku yang) masa depanmu? Berat, ya? Tak pernah ada yang katakan itu akan mudah jika perihal yang mendatang. Namun, ingat, yang mendatang menanti. Jangan pernah nikmati tiap jatuhmu. Terus berjuang, kumohon.
Bayangan tentang yang mendatang jadikan saja semangatmu. 
Miliki selalu pelukan di tengah hingar bingar perseteruan isi pikiran. 
Miliki selalu genggam yang menguatkan, bukan melepaskan. 
Miliki selalu hati yang mengerti, tidak memaksakan. 
Miliki selalu dekap yang tak pernah membiarkan, tapi mengiringi sampai tujuan. 
Pun ingat, miliki selalu senyum yang menjadi hangat sekaligus sejuk.
Saling memenangkan. Saling menyelamatkan. 
Masa yang menyenangkan. Masa yang menenangkan. (Amien) 

..... 
Maaf, tadi kau bergumam apa? Aku sendiri bagaimana? 
Pun di sini sama: tak mudah. Namun, entah, manjakan lelah juga jenuhku tak pernah lebih menggiurkan dari perjuangkan masa depanku (yang ada kamu).
Kerahkan seluruh kemampuan 'tuk cipta kemampuan yang lebih pantas. 
Biarkan dulu saja lah aku. Semuanya untukmu, tahukah? 
Murni bukan untukku berbangga, melainkan untukmu berbangga, setelah orangtuaku. Karena sungguhlah, kemampuan sebenarnya bukan ajang perempuan (sepertiku) untuk menyombongkan diri, tapi 'tuk menggandeng tangan laki-laki(ku) agar tak kerepotan sendiri. Karena masa depan sudah tentang dua orang, bukan? 
Mengerti, ya, kumohon


The woman is the reflection of her man.” — Brad Pitt
Bacanya buatku malu (dan tidak pantas). Entah, kamu yang (semoga) baik akhlak, hati, juga imannya, akan dikatakan apa jika berdamping aku? Bahkan aku akan bingung setengah mati jika Tuhan tetap pilihkan aku untukmu. 
Akhlakku masih jauh dari sempurna, lalu bagaimana bisa aku dipilih Tuhan 'tuk jadi pendampingmu? 
Bacaanku masih fiksi kacangan dan bukan Al-Qur'an, lalu bagaimana mungkin aku bisa menjadi tuntunan bagi anak-anakmu? 
Tubuhku masih belum terjaga sempurna, lalu bagaimana mungkin aku bisa menjadi rumah yang aman bagimu? 
Hatiku masih penuh dengan iri pula angkuh, lalu bagaimana mungkin aku bisa menjadi penyejuk hatimu? 
Tanganku masih malas bantu sesama, lalu bagaimana mungkin aku bisa menjadi tangan kananmu bangun rumah tangga? 
Telingaku masih suka dengar yang jahat, lalu bagaimana mungkin aku bisa menjadi pendengarmu yang baik? 
Lisanku masih suka banyak bicara pula berkata tak layak, lalu bagaimana mungkin aku pantas menjadi pelipur laramu? 
Masih jauh perjalananku agar pantas menjadi pendampingmu.Bersabarlah, kumohon.
Mari anggap ini menyenangkan, menunggu janji-Nya yang tak pernah ingkar, dalam usaha menjadi ikhlas dan taat. 
Aku hanya harap, semoga kita ada dalam satu ego nanti: ingin saling memiliki, selamanya. 

Sungguhlah, bukan aku diam, Dia tahu betapa aku selalu ribut dan berisik memintamu dalam sujud panjang di akhir rakaat. 
Pun bukan aku diam, hanya saja takdir masih menuntut kita 'tuk berjalan lebih lama. 

Kau pun tahu, menemukan hanyalah perihal waktu. 
Namun, keyakinan justru yang nyatanya bukan perkara waktu. Keyakinan bahwa masing-masing adalah yang terbaik untuk masing-masing. 
Karena pada akhirnya hidup memang hanya perihal mencari jalan terbaik menuju mati, juga yang terbaik sebelum mati. 
Sekarang kutanya, apa yang ingin kau capai dalam hidup? 
..... 
..... 
Kalau aku, jadi yang kau gapai sebelum mati. :) 

Sekian dulu, sudah larut. Selamat tidur, Tuan. 
Aku akan sedia di sisi ragamu suatu masa, setiap lelapmu, pun terjagamu. 
Dan jadilah satu yang kubangunkan Subuh-nya, lalu jadi Imamku, selamanya... 



Tertanda, Rumahmu.



Sumber: http://ayagz.blogspot.com/2013/06/apa-kabar.html

Monday, October 14, 2013

What Should I Do Then?

Ketika anganmu perlahan menjauhimu, melayang terus terbang ke belakang tanpa memperdulikanmu, apa yang akan kamu lakukan?

Memantapkan hati untuk terus melangkah ke depan dan bersiap merajut asa lainnya?
Atau
Membalikkan badan dan mencoba meraihnya kembali?
Atau bahkan
Hanya berdiam diri, meratapi angan yang terus menjauhimu dan mencoba berjalan dengan hati gundah?

12:01 AM
October 14th, 2013
D-2 Midterm Week

Seperti biasa, setiap kali mau UTS/UAS, setiap kali dihadapkan dengan hal-hal yang bikin lelah dan stress, hati ini kembali meragukan langkah yang tengah kujalani sekarang. Saat seperti ini, selalu menjadi titik poin dimana diri ini sangat tidak berdaya menghadapi ilusi-ilusi angan yang telah berlalu. Hanya bisa terus meratapinya dan diam berdiri melihat semua janji asa di masa depan.
Kalau ku ingin, aku bisa aja melupakan semua dan melajutkan langkah ini. Toh, semua kejadian ini adalah pilihanku sendiri. Tidak ada yang bisa disalahkan. Salahku, murni. Lalu, kenapa aku terus menangisinya? Karena aku tak sanggup mengulang waktu dan mengubah segala pilihanku di masa lalu. Karena aku tak sanggup melupakan semua impian yang telah ku bangun sejak dulu yang kemudian dihancurkan oleh diriku sendiri. Lalu kenapa tak mencoba membangun mimpi baru dengan tempatku berdiri sekarang? Kembali lagi, aku tak cukup berdaya untuk melupakan seluruh anganku dahulu.

Lalu, pertanyaan besarnya kini...
Apa yang harus aku lakukan selanjutnya?

Sunday, October 6, 2013

imy

Q: What's the worst feeling you've ever have?
A: Missing someone that you love but you cannot do anything.

Ketika rindu menyapa, adakah yang bisa menolaknya? Datang begitu tiba-tiba ketika diri ini begitu lemah. Tersudut diam dan tersadar bahwa diri ini memang membutuhkannya.
Ketika rindu menyapa, pada siapa ku harus katakan? Pada orangnya langsung? Diri ini terlalu bingung untuk merangkai kata. Memendam rasa dalam hati, membiarkan diri terus terperangkap angan, dan mengeluh dalam diam.
Ketika rindu menyapa, terus menyeruak dalam hati dan membuncah dalam bisunya bibir ini. Dalam heningnya malam, dan disaksikan dinginnya angin yang berhembus, ku berdoa. Yaa Allah, tolong hilangkan rasa ini, setidaknya kuranginlah, hingga esok pagi, ketika fajar menjemput, dan membawanya kembali padaku.

Friday, October 4, 2013

KiranAgis

"Halo Kirana sudah lama tak bertemu!!"

Selama itu gue ga cerita mengenai Kirana serta likaliku kehidupannya. Hmm, baru kepikiran ingin ketemuan sama Kirana lagi eh benar aja langsung ketemu sama Kirana. Sudah terlalu lama ga cerita panjang lebar dengannya dalam hening.

Kabarnya baik. Kirana saat ini sangat baik kabarnya. Tapi ketika ku tanyakan kembali mengenai keberlanjutan kehidupannya, ia hanya tersenyum. Hmm baru kali ini gue ngeliat senyuman yang segitu ga bisa diartikannya dari Kirana. Dia cuma bilang, 'Jangan pikirin gue dulu Gis. Lo sendiri gimana?'. Hanya satu yang bisa gue artikan dari kalimat itu, dia gamau ngebahas masalahnya. Entah ada apa dan mengapa, gue cuma bisa memakluminya dan mulai cerita ke dia gimana gue saat ini.

Selama gue cerita panjang lebar, terlalu banyak ekspresi Kirana yang berubah-ubah dan sumpah, gue gabisa mengartikannya. Selama gue cerita, ga ada satupun kata yang terlontar dari mulutnya. Hingga akhirnya gue capek dan bertanya 'Ran, gue udah selesai cerita. Sekarang terserah lo deh, mau nanggepin apa enggak'

Kirana pun langsung panjang lebar nanggepin cerita gue

"Gis, dari awal, dari awal gue kenal lo. Gue udah ngerti banget sikap dan sifat lo Gis. Entahlah, kalo gue jadi orang awam, gue bakal ngatain lo bego. Lo orang sebegobegonya bego. Yaa kayak yang lu rasakan ketika orang lain meragukan lo. Tapi untungnya gue bukan orang awam dan bukan orang yang baru kenal lo sebulan dua bulan. Gue tau lo emang ga enakan, gue tau lo terlalu baik dan selalu gabisa marah dan selalu ngasih orang lain kesempatan. Tapi untuk kali ini doang gue gabisa berkata apa-apa Gis. Lo terlalu baik. Terlalu baik. Lo tau kan hal yang berlebihan itu ga baik? Tapi kebaikan lo masih belum berlebihan sih, tapi udah keterlaluan. Gue salut Gis, gue ga ngerti lagi. Gue cuma bisa lo bakal selalu diberikan yang terbaik sama Allah. Gue ngerti kok, gue ngerti setiap keputusan yang lo ambil itu udah semuanya lo pikirin mateng-mateng, udah lo ngertiin juga konsekuensinya. Gue paham Gis. Gue sayang lo Gis! Gue cuma gamau liat lo kecewa. Gue udah terlalu sering ngeliat lo kecewa kemarin-kemarin."

Sepanjang ocehan Kirana itupun gue hanya bisa memejamkan mata, mendengarkannya setiap katanya dalam hening, memikirkannya dalam-dalam, dan mengamini setiap doanya.

Yaa Allah, doaku ini memang singkat tapi memang ini sangat muluk sekali. Aku hanya ingin yang terbaik dari-Mu, eventhough itu bukan yang terbaik untukku, sadarkanlah aku bahwa memang itu yang terbaik. Jangan biarkan aku terjebak dalam ilusi-ilusi keinginan ego semata.

Sunday, September 15, 2013

When God have His Own Decision.......

Ketika Tuhan telah berkata 'Iya' atas sebuah kejadian yang sebelumnya telah Ia rencanakan sebelumnya, kenapa kita harus berkata 'Tidak' atas keputusan-Nya?

Tapi ketika Tuhan berkata 'Tidak' atas sebuah kejadian yang sebelumnya telah kita rencanakan sebelumnya, kenapa kita tidak mencoba berdoa agar Tuhan berkata 'Iya' pada keputusan akhir-Nya?

Apa itu sebuah paksaan atas sebuah keputusan Tuhan agar mengikuti umat-Nya?
Bukankah umat yang harus mengikuti apa kata Tuhan di setiap langkah hidup-Nya?
Kalau begitu, apa guna Tuhan memberikan kita kesempatan untuk berdoa dan meminta kepada-Nya?

Walaupun pada akhirnya, kita harus tetap berserah diri kepada Tuhan atas segala keputusan-Nya karena memang hanya Tuhan-lah yang Maha Mengetahui yang mana yang terbaik untuk umat-Nya, sekalipun hal itu bukanlah yang terbaik menurut umat-Nya.

Monday, August 19, 2013

Apakah Aku Egois?

"Yaa Tuhan, apakah aku egois?"

Diri ini sungguh lelah. Seharian mengurusi kerjaan yang belum juga usai namun waktu semakin dekat. Kalau hanya mengurusi kerjaan sih yaa nggak masalah, tapi urusan hati belum juga usai.

Mungkin aku harusnya malu kepada Tuhan. Diri ini sungguh tak tau diri. Perlahan, 'Maka nikmat Tuhan-Mu lagi yang manakah yang kau dustai' sudah mulai terlupakan. Hati ini sungguh tertunduk malu tak berkata apapun ketika tangan ini mulai mengetik kata demi kata. Hati ini sadar, selama ini, aku terlalu egois.

Satu per satu, nikmat datang silih berganti. Tuhanku sungguh Maha Pengatur, dan segala apa yang diatur oleh-Nya sungguh sangatlah rapih dan indah. Ia datangkan rizki itu tak bersamaan, karena Ia tau, mungkin hamba-Nya ini akan kufur nikmat. Ku syukuri setiap detik, setiap jengkal nikmat yang diberikan oleh-Nya kepadaku. Hingga akhirnya hati ini lupa untuk berseru syukur kepada-Nya, ketika saat hati ini mendapatkan giliran memperoleh nikmat.

Cinta. Itu juga termasuk nikmat dari-Mu kan yaa Tuhan? Tapi mengapa hal itu yang justeru membuatku lupa diri? 'Maka nikmat Tuhan-Mu lagi yang manakah yang kau dustai?' Kali ini, Tuhan tak memberiku hanya satu.. tapi tiga cinta datang beriringan. 'Maka nikmat Tuhan-Mu lagi yang manakah yang kau dustai?' Sungguh nikmat kan bukannya diri ini mendapat cinta yang segitu besarnya? Seharusnya ku manfaatkan nikmat ini untuk terus melafalkan kalimat-kalimat syukur kepada-Mu. Tapi apa yang justeru ku perbuat? Ku salah artikan seluruh nikmat-Mu.

"Yaa Tuhan, apakah aku egois?"

Yaa Tuhan, kali ini aku sadar, detik ini juga aku sadar. Tiga cinta yang hadir itu bukanlah sesuatu yang bisa kumiliki semuanya. Aku tau. Tapi, apakah tidak bisa, untuk sesaat, ku miliki tiga cinta itu meski mereka tak dapat memiliki diri ini? Apakah diri ini egois? Aku hanya takut. Aku takut tidak bisa memilih mana nikmat-Mu yang paling baik. Mana yang memang Kau kirimkan untukku. Aku khawatir aku salah. Ketakutan ini, kekhawatiran ini, apakah dapat dianggap sebagai dasar untuk menyebut diri ini tidak egois?

Tolong aku :(

Monday, July 29, 2013


One Thing

Every time I see you and your girlfriend are online in facebook, it's only one thing that I think: You both should have a nice conversation right now. Like we had before.

Suatu Ketika (4)

Mungkin benar kata Tere Liye, apabila kita terus memendam rasa, kita akan lelah sendiri termakan ilusi hati kita. Seperti halnya yang terjadi pada Kirana. Pertemuan singkat namun meninggalkan kesan bersama Adrian ketika itu sukses membuat hati Kirana selalu gundah dan memikirkan hal-hal yang semakin lama semakin tak jelas. Kirana pun semakin tak bisa membedakan mana yang hanya ilusi hatinya atau hanya impian belakanya. Makin lama, pikirannya tak waras, ia semakin tak dapat memilahnya dengan bijaksana. Untunglah, kejadian di suatu ketika membuatnya sadar. Dunia percintaan dia saat ini, bukanlah hanya tentang Adrian.


Hari Minggu memang hari yang tepat untuk bersantai-santai ria bagi Kirana. Apalagi pada bulan puasa kayak gini. Sehabis sahur, ia menghabiskan waktunya, bahkan hingga Dzuhur untuk tidur. Pagi itu, jam 10, dering sms berbunyi dari salah satu handphone Kirana. Untuk masalah dering dari handphone-nya, Kirana memang paling peka karena ia selalu berpikiran bahwa ada sesuatu yang penting apabila handphone-nya berbunyi. Tangannya pun merayap ke buffet sebelah kasurnya meraba-raba mencari handphone-nya. Dengan mata masih setengah tertutup, ia membaca sms itu:

"Ra, apa kabar kamu sekarang? Kamu masih kerja di kantor kamu yang dulu?"

Ia pun melihat nama pengirim sms tersebut, 'Damarian'. Tersontak, Kirana bangun dari tidur nyenyaknya. Ia masih tak yakin akan nama yang baru saja ia lihat. Sekali lagi ia lihat namanya, nama itu pun masih sama, 'Damarian'.

Damarian. Salah satu nama dari deretan nama yang pernah hadir di dalam kehidupan percintaan Kirana. Damar, sapaannya, merupakan senior Kirana di salah satu kursus bahasa Inggris saat SMA dulu. Saat itu, Kirana masih kelas 2 SMA dan Damar sudah tingkat 1 kuliah salah satu universitas negeri di Jawa Timur. Seperti yang telah diduga, mereka terlibat cinta lokasi. Namun, hubungan mereka tidak seperti hubungan pasangan normal biasanya. Saat itu, Kirana masih belum bisa move on dari mantannya sebelumnya. Ia masih belum dapat berpindah ke lain hati. Namun, kehadiran Damar tak dapat ditampik bahwa telah mengisi hati Kirana yang kosong. Tapi, entah kenapa Kirana masih belum dapat menerima Damar dengan setulus hati. Hubungan mereka pun terpaksa, terpaku pada sebuah tahapan, HTS, Hubungan Tanpa Status. Mereka saling mengetahui bahwa mereka saling membutuhkan satu sama lain. mereka saling merindu apabila salah satu dari mereka menghilang. Mereka sangat memahami hal itu. Tapi, kembali lagi, entah kenapa Kirana masih belum dapat dengan ikhlas menerima Damar sebagai pengisi hatinya, setelah mantannya terdahulu, Ryan.
Damar, dengan sabarnya selalu menerima ketidakjelasan hubungan tersebut. Hubungan itu pun berlanjut hingga bertahun-tahun. Yang lebih membuat terperangah adalah ketika di hubungan tersebut, Kirana dan Damar memutuskan untuk pacaran. Tapi bukan antara Kirana dan Damar. Tapi Kirana berpacaran dengan Adi, salah satu teman kursus lainnya dan Adrian pacaran dengan Melly, teman kuliahnya. Hubungan itu semakin aneh. Walaupun hubungan pacaran mereka dengan yang lain hanya berlangsung sebentar, tapi selama itu pula, Kirana-Adrian menjalin cerita.
Hingga suatu saat, tiba pada satu titik dimana Kirana dan Adrian sama-sama merasa lelah menjalani kisah mereka sendiri. Mereka pun mencoba mengakhiri apa yang mereka telah mulai. Mereka runtuhkan segala perasaan mereka. Mereka tau bahwa apa yang mereka lakukan saat ini, apa yang mereka jalani sekarang adalah sebuah kesalahan dan tentunya akan berakibat tidak baik bagi kehidupan mereka. Tepat sekitar 3 bulan yang lalu, hubungan mereka resmi 'putus'.

Tersontak, sms Damar sukses membuat hati Kirana gundah. Ia resah tidak tau apakah ia harus membalas sms tersebut atau tidak. Sekelibat, muncul kenangan-kenangan bersama Damar dahulu. Ia rindu saat-saat bersama Damar dahulu. Ia merasa sepi dan aneh tanpa Damar. Diam-diam, Kirana pun masih menyisakan ruang di hatinya untuk Damar. Perlahan, ia pun memainkan jarinya di atas keypad handphone-nya. Kirana pun membalas sms tersebut.

"Hai apa kabar? Sombong banget sih udah lama ga ngobrol. Aku baik-baik aja di sini. Kamu gimana?"

Tak lama berselang dering sms handphone Kirana pun kembali berbunyi dan tentu saja sesuai tebakan, sebuah sms baru dari Damarian

"Kok aku yang dibilang sombong? Kamu dong yang sombong, sibuk mulu sekarang."

Dan, kembali, Kirana dan Damar pun kembali berkomunikasi. Mereka seakan merajut kembali rasa mereka yang dahulu sempat terobek termakan ketidaksabaran dan kerakusan mereka. Asa demi asa mereka bangun lagi bersama. Kini, hati Kirana kembali resah. Ia takut apa yang ia lakukan sekarang, kembali dengan Damar merupakan hal yang salah.
Hingga akhirnya, tiba pada sebuah titik dimana Damar kembali menghilang. Ia berhenti membalas sms Kirana. Tentu, Kirana bertambah resah. Ia merasa telah dipermainkan. Ketika ia mencoba mencari dirinya di mata Damar, ia kembali diacuhkan.

"Yaa Tuhan, aku tidak tahu siapa jodohku nanti. Sebenarnya pada saat ini pun aku tidak sedang fokus dalam pencarian jodohku. Tapi, aku capek untuk terus bermain dengan hati sendiri. Selalu termakan ilusi sendiri. Aku capek meladeni hati yang kadang hilang kewarasannya, yang kadang menggerus akal sehat yang kumiliki. Aku hanya ingin hidup dengan tenang dan bahagia ada ataupun tiada cinta mendampingi. Tapi aku tak mau, begini terus. Hanya ditemani bayangan cinta yang tercipta oleh angan dalam diri"

Saturday, July 27, 2013

Suatu Ketika (3)

Kata orang, kalau jodoh itu pasti entah gimana ceritanya bakal secara ga sengaja ketemu gitu aja. Dimana pun dan kapanpun kita punya kegiatan, pasti ada kaitannya ketemu ataupun punya kejadian yang berkaitan dengannya. Seenggaknya, di FTV2 sih kayak gitu. Tapi entah kenapa hal itu tidak terjadi di antara Kirana dan Adrian.

Siang itu, Kirana terpaksa harus rapat ke kantor kliennya di daerah Kuningan. Panas banget saat itu. Kirana berangkat bersama timnya. Sesampainya di sana, meeting berjalan dengan cuku lama namun membuahkan hasil yang memuaskan bagi Kirana dan timnya. Setelah selesai meeting, Kirana memutuskan untuk tidak langsung pulang. Ia ingin refreshing dulu dan ingin berjalan-jalan di salah satu mall di dekat kantor kliennya tersebut.

Saat itu Kirana sedang tidak berpuasa. Ia pun memutuskan untuk meminum hot coffee dulu di salah satu kafe. Untuk menghilangkan bosan yang melandanya, ia pun memutuskan memainkan iPadnya. Ada satu hal yang ia pikirkan saat itu, Adrian lagi apa yaa..... Ia pun membuka twitter Adrian untuk mencari tau sedang apa dan dimana Adrian saat itu.

Jeng... jeng....
Tweet teratas Adrian berisikan:

"Ya, hari ini kembali mencari recehan di Kuningan. Thamrin City dulu bisa kali"

"Wait.... Adrian ada di sini?? Gue harus cari dia!" Kirana pun dengan terburu-buru menghabiskan minumnya dan mencari Adrian. Tweet itu sekitar 16 menit yang lalu. Masih ada harapan baginya untuk ketemu

"Gue harus ketemu Adrian nih. Yaa pura-pura aja kebetulan ketemu, biar terkesan jodoh. Kalau emang kali ini ketemu, mungkin emang kita berjodoh. Yaa Allah aamiin aamiin aamiin"

Pikiran itu pun selalu terlintas di pikiran Kirana sambil mengamini setiap pikirannya.

Berjam-jam Kirana muter-muter mall tersebut, tapi tak ada hasil yang ia dapatkan. Adrian pun sudah tak ngetweet lagi. Kirana bingung, dan kini Kirana pun ragu.

"Yaa Tuhan, kali ini kembali kami bersama di tempat yang sama tapi kami tak bertemu seperti halnya ketika itu. Yaa Tuhan kami tidak berjodoh yaa?? Beneran enggak? Yaa kalo ga berjodoh, tolong yaa Tuhan jodohkan kami. Aku hanya............. merasa nyaman dengannya. Adriaaan"

Sunday, July 21, 2013

Dipecut Tere Liye

Terkadang kita masih membutuhkan quotes2 macem gini untuk memecut diri kita.
Kalo gue sendiri, berhasil terpecut. Kalau lo?


"Daun yang jatuh tak pernah membenci angin. Dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak meawan. Mengikhlaskan semuanya"

"Kalau memang terlihat rumit, lupakanlah. Itu jelas bukan cinta sejati kita. Cinta sejati selalu sedeerhana. Pengorbanan yang sederhana kesetiaan yang tak menuntut apapun dan keindahan yang apa adanya"

"Orang yang memendam perasaan seringkali terjebak oleh hatinya sendiri. Sibuk merangkai semua kejadian di sekitarnya untuk membenarkan hatinya berharap. Sibuk menghubungkan banyak hal agar hatinya senang menimbung mimpi. Sehingga suatu ketika dia tidak tahu lagi mana simpul yang nyata dan mana simpul yang dusta"

"Tidak ada yang pergi daripada hati. Tidak ada yang hilang dari sebuah kenangan"

"Apakah ada yang pernah berpikir hidup ini bukan soal pilihan? Karena jkia hidup hanya sebatas soal pilihan, bagaimana caranya kai akan melanjutkan hidupmu, jika ternyata kau adalah pilihan kedua atau berikutnya bagi orang pilihan pertamamu"

"Orang-orang yang jatuh cinta terkadang terbelenggu oleh ilusi yang diciptakan oleh hatinya sendiri"

"Cinta sejati selalu datang pada saat yang tepat, waktu yang tepat dan tempat yang tepat. Ia tidak pernah tersesat"


Terimakasih Tere Liye :")

Saturday, July 20, 2013

Suatu Ketika (2)

Sore itu guratan wajah Kirana masih tak berbeda dengan beberapa hari lalu. Mukanya yang selalu dibalut senyum tetap tidak bisa menyembunyikan kekusutan pikirannya. Tumpukan kertas di mejanya hanya baru menyusut beberapa sentimeter saja. Matanya sudah cukup lelah karena setiap saat setiap waktu terus-terusan melihat laptop. Entah sudah berapa kali ia membunyikan jari-jari tangannya. Jarum panjang dan jarum pendek jam di dinding tepat menunjukkan pukul 3 sore. Kirana yang menyadarinya segera membereskan segala kerjaannya di meja dengan buru-buru.

"Mati gue... Jangan sampai telat. Haduh haduh" Kalimat-kalimat tersebut tak henti-hentinya diucapkan Kirana. Ya, sore itu, jam setengah empat sore ia ada janji dengan kliennya di salah satu kafe ternama. Kafe itu memang tak jauh dari kantornya, hanya berjarak beberapa meter saja. Tapi ia tentu saja tidak bisa membiarkan ruang kerjanya yang begitu berantakannya.

3.20 p.m
Kirana jalan tergesa-gesa. Ketukan hak tinggi sepatunya mengiringi langkahnya yang kini tak lagi anggun. Kirana tak peduli. Di lift, Kirana sibuk membereskan rambutnya dengan memperdayakan kaca di dinding liftnya. Ia sangat bersyukur di lift itu hanya ada dirinya. "Ada waktu selama 18 lantai untuk dandan", ucapnya dalam hati. Ia juga sibuk menyemprotkan minyak wangi ke badannya yang sudah mulai merasa kegerahan setelah beres-beres ruang kerjanya tadi.

3.35 p.m
Kirana masuk ke kafe dengan langkah besar-besar. "Mati gue, telat". Rapat kali ini cukup genting karena kliennya tersebut berencana untuk melakukan kerjasama lainnya dengan  Kirana. Perusahaan tersebut sangat puas dengan hasil kerja Kirana dan teman-temannya. Tapi dengan telat seperti ini, branding yang sudah capek-capek dibangun bisa rusak. Sebelum mendatangi meja tempat kliennya berkumpul, Kirana berhenti sesaat untuk merapikan kemeja, rok, dan rambutnya. Ia harus tampak sempurna hari itu.

"Maaf pak saya, terlambat" Kirana pun datang dengan anggunnya dan menyampaikan maafnya dengan senyum simpul yang menganggunkan

"Yaa Kirana tak apa, santai saja kamu seperti sama orang lain saja sama kami. Yasudah silahkan duduk" Salah satu kliennya pun menenangkan Kirana dan menyuruhnya duduk.

Rapat itu berlangsung tidak terlalu lama. Penjelasan Kirana yang singkat namun sangat padat membuat klien mudah mengerti dengan maksud Kirana. Namun, kira-kira 30 menit sebelum rapat berakhir, perasaan Kirana tak tenang. Sekelibat ia melihat rombongan Perusahaan Mentari masuk ke dalam kafe tersebut. Rombongan itu sama seperti rombongan yang waktu itu dirinya dan Dyah rapat di hotel beberapa hari lalu. Ada satu perasaan yang membuncah di hatinya. "Kalau rombongan itu sama, apakah ada Adrian?" Ia pun terus menanyakan hal itu ke dalam hatinya. Rombongan Perusahaan Mentari masuk kedalam sebuah ruang kaca, meeting room yang dekat dengan toilet di pojok sana. Kirana penasaran, ia pun memohon izin ke audience rapat untuk pergi ke toilet. Ketika melewati meeting room 2, Kirana tak henti melirik ke dalamnya. Mencari-cari sesosok pria yang ia selalu rindukan selama ini. Dua kali ia melewati ruangan itu, ia tak menemukan sosok Adrian.

"Adrian kok nggak ada? Itu sama persis kok rombongannya sama kayak kemarin Tapi kenapa Adrian nggak ada? Adrian kemana? Ya Tuhan, diri ini kangen banget sama Adrian. Tapi masa iya sih gue beneran kangen sama Adrian? Gue kangen sama Adrian atau gue hanya kangen mengobrol dengan dia? Yaa ampuuun, gue kangen. Gue kangen"

Friday, July 19, 2013

Suatu Ketika

Siang itu matahari bersinar dengan terangnya. Sangat terang bahkan. Panasnya terik, sangat menggoda iman-iman orang yang berpuasa. Sama halnya yang dirasakan Kirana. Ia juga berpuasa, tapi entah kenapa ia merasa ada yang tidak beres dengan perutnya dari tadi pagi. Entah sakit karena kebanyakan makan sambel saat sahur tadi atau karena keram mau dapet. Berusaha mungkin ia mengabaikannya. Masih banyak kerjaan yang harus ia kerjakan. Panasnya bumi saat itu yang masuk melalui celah di gordyn seakan mengalahkan dinginnya ruangan Kirana. "Yaa Tuhan kapan selesainya ini semua??" Keluhnya saat melihat tumpukan kertas di mejanya yang tak kunjung habis. "Yaa ampun masih jam segini" Tambahnya sambil menepuk jidatnya saat melihat jam tangannya yang masih menunjukkan pukul 14.00 WIB.

Kirana terpaksa harus mengerjakan seluruh pekerjaan dan memastikan semua itu selesai di hari Rabu minggu depan. Ia harus mudik. Sudah bertahun-tahun ia tak mudik. Ia sangat merindukan kedua orangtuanya. Selama ini ia terpaksa hanya membayarkan ongkos kedua orangtuanya untuk ke Jakarta untuk menggantikan dirinya yang harusnya mudik. Ia sangat menyesal. Ia kesal pada dirinya, sebenarnya. Namun, harus bagaimana lagi. Ia merindukan ayah ibunya. Begitupun orang tuanya. Makadari itu, ia selalu memohon orangtuanya untuk datang 'mudik' ke Jakarta setiap menjelang lebaran untuk melepas rasa kangennya.

Sesaat Kirana melepas lelahnya di ruangannya. Tangannya pegal mengetik semua laporan itu. Ia rebahkan badannya ke senderan kursinya. Baru saja matanya tertutup sejenak, pintu ruangannya terketuk. "Kiranaa, ini gue, Dyah", terdengar suara dari luar. Sambil mengerjapkan matanya, dengan lemas Kirana membenarkan posisi kerjanya, "huft ganggu aja sih", keluhnya dengan suara pelan. "Iya mbak, masuk aja", jawab Kirana.

Wanita bernama Dyah tersebut masuk dengan suara hak sepatunya yang tingginya sekitar 12 cm. Pembawaannya anggun, ia selalu memakai dress cantik yang dipadu-padakan dengan aksesoris yang menawan. Dyah adalah senior Kirana di kantor sekaligus Kepala Divisi dimana Kirana menjadi wakilnya.

"Na, lo lagi sibuk nggak?" tanyanya sesaat ketika masuk ruangan Kirana. Suaranya terlihat sangat lelah dan terengah-engah.

"Yaa lo liat sendiri aja mbak. Kenapa sih emangnya? Tenang dulu lah, capek banget keliatannya" Kirana menjawab dengan nada heran sekaligus tak tertarik dengan obrolan pembuka yang menanyakan apakah dirinya sibuk atau tidak.

"Lo harus nemenin gue." Jawabnya "Si Riri lagi sakit jadi nggak ada yang ingetin gue kalo hari ini ada rapat penting sama  partner kantor kita, makanya gue baru inget. Please temenin gue" Lanjut Dyah sambil mengipas-ngipas dirinya dengan kertas yang barus saja ia ambil dari tumpukan kerjaan Kirana.

"Mbaak, maksud lo sama perusahaannya temennya Ryan? Apa tuh Mentari ya?

"Iyaaa. Lo ngerti kan itu penting banget!!"

"Iyaiyaa gue tau itu penting. Tapi kan selama ini itu lo yang pj-in. Gue nggak masuk langsung kesitu. Gue nggak mau ah, gue takut kesalahan. Lo juga belum jelasin mengenai hal itu kan mbak ke kita-kita"

"Tenang aja Na, lo nggak usah ngomong apa-apa deh ntar di sana. Asal temenin gue aja. Gue males sendirian kalo dari Analisator. Please Naaaa" Dyah pun mengeluarkan jurus muka melasnya yang paling tidak bisa dihindari oleh Kirana

"Mbaakk ah lu mah. Yaudah iya iya, tunggu gue in 10 minutes" Kirana pun akhirnya pasrah dan menerima ajakannya

"Gue tunggu di lobby yaa. 10 minutes. Bawa juga tuh laporan dari Eurika biar jadi bandingan" Dyah pun dengan semangat jalan keluar ruangan Kirana. "Thanks ya beib" Lanjutnya sambil ketawa riang sebelum menutup pintu ruang kerja Kirana

"Huft iyeeeee" Jawab Kirana tak niat.

...

Perjalanan hari itu tidak terlalu padat. Ia dapat sampai ke hotel tempat mereka janjian dengan Mentari dalam waktu kurang dari 45 menit. "Na, lo harus pasang tampang cantik yaa. Jangan mumet kayak gitu hehe" berkata Dyah sesaat setelah mendaftarkan namannya di Vallet.

Sebenarnya tampang Kirana itu cantik. Tapi memang kalau dia sedang diam atau bengong, mukanya itu ngeselin banget, kayak orang ngajakin ribut kata orang-orang. Makanya ia selalu sebisa mungkin tersenyum dalam keadaan apapun.

Mereka pun mulai masuk ke hotel. Mereka janjian di salah satu ruang rapat sewaan hotel. Ketika mereka masuk, mereka pun disambut hangat oleh PT Mentari. Selama rapat sebenarnya Kirana sangat tertarik dengan bahasannya, namun apa daya rasa lelahnya menguasai tubuhnya. Banyak yang sebenarnya ingin ia utarakan dan perdebatkan. Tapi sayang, lidahnya seakan terlalu lemah untuk berbicara. Selama rapat ia lebih banyak diam dan memain mata dengan Dyah untuk mengatakan isi hatinya apakah ia setuju atau tidak dengan pendapat dari Perusahaan Mentari. Ketika ia sedang memainkan bola matanya melihat-lihat orang di dalam meeting room tersebut, pandangannya terhenti pada sepasang bola mata yang saat itu juga menatapnya. Sedetik ia terpaku. Ia pun segera menyadarinya dan langsung melakukan kegiatan lainnya untuk mengalihkan. Saat ia mencoba melihat sang pemilik sepasang bola mata tadi, sayangnya si pemilik itu sudah tidak memperhatikannya lagi. Ia sedang asik mengetik sesuatu di iPadnya. Berulang kali Kirana mencoba menatapnya kembali, tapi tatapannya tak mendapat sambutan. Ia pun lelah dan berusaha mengabaikannya.

Rapat panas selama 2,5 jam itu pun akhirnya selesai juga. Kirana sangat lelah, ia ingin segera pulang. Tapi ia mengurungkan niatnya tersebut mengingat mobilnya masih ada di kantor karena tadi ia datang ke hotel bersama Dyah. "Ah yaa laporannya" Seketika ia teringat tugas-tugasnya yang menumpuk yang sedang menunggunya di kantor. Saat keluar dari meeting room, Dyah masih sibuk mengobrol dengan salah satu petinggi Perusahaan Mentari. Kirana terlalu capek untuk terlibat dalam obrolan itu. Ia pun hanya melangkah gontai di baris paling belakang para eksekutif muda tersebut.

"Hai! Keliatannya lo capek banget" Suara itu mengejutkan Kirana yang sedari tadi terdiam memikirkan tugas-tugasnya. Seketika ia menengok ke sebelah kanannya. Pria itu tidak terlalu tinggi namun proporsional. Ia lihat mukanya, familiar. "Ah ya si pemilik bola mata itu" Pikirnya

"Hai hahaha keliatan ya?" Jawab Kirana dengan langsung membereskan dress dan rambutnya

"Adrian" Pria itu menjulurkan tangannya ke Kirana sambil memasang senyum simpul yang saat itu berhasil membuat Kirana hampir kesandung karpet koridor hotel yang kurang rapi. Tapi untungnya ia tak jadi kesandung. Dengan cepat ia memperbaiki posisinya. Karena kalau sampai tersandung, ceritanya pun akan lain. Akan menjadi FTV.

"Kirana" Kirana pun menyambut tangan Adrian dengan penuh salah tingkah.

Perkenalan itu pun berlanjut dengan obrolan-obrolan ringan namun menyenangkan selama perjalanan dari meeting room ke lobby hotel. Hal ini baru pertama kalinya Kirana merasa langsung nyaman berbicara dengan orang yang baru dikenalnya. Kirana termasuk orang yang agak pendiam kalau baru kenal sama orang. Tapi saat itu, ia ngobrol dengan riangnya dan tertawa lepas dengan Adrian. Bagi Adrian? Ah saya tidak tau. Cerita ini saya tulis hanya dengan sudut pandang (hampir) serba tahu. Karena saya tidak tahu apa yang dirasakan Adrian. Yaa gaya penulisan ini saya baru bangun, biarkan teori berkata apa. Tapi itu faktanya.

Obrolan mereka pun berhenti sesaat ketika mereka sudah sampai di lobby dan berkumpul dengan rekanan lainnya. Kirana dan Adrian pun saling berpamitan pulang dan berpisah. Mereka berpisah dengan memasang senyum yang cukup untuk membuat selalu terngiang.

"Yaa ampun Na, gue lupa. Gue harus ke butik dulu, harus ambil dress pesanan kakak gue. Dia nitip tadi. Lo mau ga nemenin gue ke situ?" Tanya Dyah sesaat sebelum memberikan kuncinya ke vallet.

"Ah gila lo! Enggak ah, capek gue mbak. Gue naik taksi aja deh langsung ke kantor. Kasian laporan-laporan gue kesepian nyariin gue." Jawab Kirana yang senyumnya kembali menjadi datar.

"Seriusan nih? Yaudah gue ongkosin taksi lo yaa. Maaf Naa Maaf" Dyah pun merasa tak enak ke Kirana. Ia bersiap-siap mengeluarkan dompet dari hand bagnya

"Lo kira gue siapa lo sih mbak hahaha udah nyantai aja. Yaudah deh gue duluan aja yaa ke lobby sebelah sana buat naik taksi. Lama kalo nunggu vallet lo. I'm okay babe, don't worry" Jawab Kirana sambil melambaikan tangan ke Dyah dan bergegas pergi dan mengeluh "Goddammit!"

"Na, sorry yaa. Take care hun!" Jawab Dyah yang masih merasa tak enak dengan Kirana

Kirana pun sampai di lobby khusus taksi. Entah kenapa taksi disitu tinggal satu dan baru saja dinaiki oleh pria bule yang sukses buat Kirana kesal setengah mati. "Duuh males banget kalau harus keluar hotel buat cari taksi. Panas" Keluh Kirana sambil mengeluarkan iPadnya untuk menemaninya menunggu taksi.

"Kirana, belom pulang?"

"Adrian? Belum nih, nunggu taksi. Tuh liat aja kosong" Kirana langsung bangun dari duduknya dengan semangat.

"Looh nggak bareng yang lain?"

"Nggak Dri, mereka pada langsung pulang. Salah gue juga sih yang milih bareng Dyah tadi kesininya jadi mobil gue di kantor sekarang."

"Okee kalo gitu gue temenin deh"

Adrian langsung merapat duduk ke Kirana. Kalimat terakhir Adrian sukses membuat Kirana terbang. Ia bingung, itu sebuah kode atau memang hanya ingin bermaksud baik. Mereka pun kembali mengobrol dengan akrabnya. Sampai akhirnya mereka saling tahu bahwa mereka satu SMP dan cukup banyak kesamaan di antara mereka. Obrolan mereka sukses membuat orang-orang yang melewati mereka merasa iri dan kesal. Iri sekali karena mereka lebih terlihat seperti sepasang kekasih yang sedang mengobrol dengan akrab dan mesranya. Kesal karena tak jarang mereka tertawa gembira dengan volume yang cukup kencang. Sesaat, Kirana lupa akan segala beban dan tugas-tugasnya. Hanya satu yang ia rasakan, ketenangan dan kesenangan. Obrolan mereka berlansung sekitar 1 jam kurang. Obrolan itu seperti tak terputus karena selalu saja ada bahan baru untuk dibincangkan, sampai akhirnya ada 2 taksi datang ke lobby tersebut.

"Waah Naa sayang banget itu taksi lo udah dateng"

"Iya nih Dri, heem anyway thanks yaa udah nemenin gue"

"My pleasure Na, hati2 yaa Kirana"

"You too"

Obrolan mereka pun terhenti begitu saja. Kirana dan Adrian saling melambaikan tangan perpisahan. Ada perasaan yang sangat menggebu-gebu di dalam diri Kirana. Ia tak mengerti apa itu. Ia hanya merasa senang dan senang, tak henti ia pikirkan Adrian dan semua obrolan yang mereka jalani. Sesampainya di ruang kerjanya, Kirana pun memutuskan untuk lembur dan tidak pulang ke rumahnya. Ia ingin lembur mengerjakan tugas-tugasnya. Tetapi, ketika ia berada di depan komputernya, bukannya laporan-laporan yang ia ketik, tapi ia justru mencari tau tentang Adrian. Sejak dulu, Kirana memang terkenal dengan jiwa keponya. Entah dari mana, ia bisa saja mencari tau mengenai silsilah pacar baru mantannya terdahulu dengan lengkapnya. Tanpa diragukan lagi, dengan hitungan menit pun Kirana mendapatkan akun-akun media socialnya Adrian.

Ada satu kalimat yang selalu ia harapkan hadir di update-an status Adrian. Ia mau Adrian merasa senang telah mengenal tau mengobrol dengan seorang wanita yang baru saja ia temui di rapat siang tadi. Tentu wanita itu adalah Kirana sendiri. Namun sayang tak ada satupun Adrian update status yang berkenaan atau menyinggung hal itu. Status-statusnya Adrian hanya tentang kerjaan dan bola. Dan juga obrolan candaan dengan teman-temannya. Ada satu statusnya yang membuat Kirana khawatir. Adrian mengobrol dengan seorang wanita cantik, berkerudung dengan selalu menyisipkan smiley :) di setiap akhir perbincangan tersebut. Kirana khawatir, walaupun ia sudah mencari tau mengenai wanita itu dan ia sadar bahwa wanita itu tak perlu ia khawatirkan, ia tetap saja khawatir.

Saat ini, sampai ceritanya ini diceritakan, Kirana tak lagi merasa bahagia dan senang akan pertemuan ketika itu. Ia justru merasa takut. Ia takut telah termakan ilusi hatinya sendiri. Ia takut telah merasa kepedean akan kebaikan hatinya Adrian. Ia takut terjatuh pada Adrian namun tidak akan mendapat balasan. Ia takut. Ia takut. Ia takut akan selalu merindu tanpa tau apa yang harus dilakukannya.

Monday, July 1, 2013

Ruang Sahabat

Ketika sapa rindu tak lagi bersambut, mulutpun terikut bisu. Hati hanya bisa bicara dan mengeluh tanpa ada satupun kata yang terucap.
Melihat matamu, mengguncang hati ini. Seakan menyeruak kata yang ingin keluar 'Aku rindu'
Kita duduk, bersisian hening. Mungkin diri ini malu atau mungkin diri ini cukup segan mengatakannya.
Tapi kita sama-sama tau, bahwa kita slaling merindu.
Aku rindu dulu. Aku rindu sayangmu hingga orang sering salah menilai di antara kita. Aku rindu amarahmu yang meneteskan air mataku. Aku rindu gelak tawamu dan candaanmu yang kadang membuatku kesal. Aku rindu.
Memang benar kata orang. Sahabat itu tak ternilai harganya. Karena mereka sangat berharga hingga tak tau harus memberikan nilai berapa. Tapi yang pasti, hati ini tau nilai yang pasti untukmu. Selalu ada ruang khusus yang telah penuh olehmu di hatiku. Sebuah ruang yang memang untuk hanya untukmu. Di ruang sahabat itu kita bertemu. Di ruang sahabat itu pula kita kembali mengingat masa kita dulu. Dan hanya di ruang sahabat itulah, kita mengucap rindu.

Sunday, June 9, 2013

Bukan Post Galau.

Ketika hati telah tersakiti masih adakah akal sehat untuk memaafkan?
Ketika hati telah terluka masih adakah rasa yang tersisa untuk mengobati?
Ketika hati telah terlupakan masih adakah kisah untuk dikenang?
Ketika hati telah tertinggal masih adakah kasih untuk disemayamkan?



Pencitraan
Ini penting gue melakukan pencitraan sebelum orang memikir yang lain2. 4 kalimat di atas bener2 bukan hasil galauan gue malem ini. Entah kenapa gue lagi mau nulis itu aja. Udah itu aja sih, terserah kalian mau percaya apa enggak, tapi pasti banyak yang ga percaya -_-

Totalitas Implementasi Pendidikan untuk Memanusiakan Manusia

Dewasa ini, totalitas eksistensi pendidikan di Indonesia masih memprihatinkan. Banyaknya kebolongan dari berbagai aspek menyebabkan ketidaksempurnaan sistem pendidikan itu sendiri. Bagaikan tubuh manusia, apabila salah satu saja organ tidak dapat bekerja dengan baik, maka secara keseluruhan, manusia itu pun tidak dapat melakukan aktivitasnya dengan sempurna. Begitupun di Indonesia, banyak unsur di dalam sistem pendidikan yang diabaikan yang menyebabkan keretakan di dalam sistem pendidikan itu sendiri.
Potret pendidikan di Indonesia masih terus menjadi fokus bagi pemerintah dalam proyek pembangunan nasional. Berdasarkan laporan Education for All Global Monitoring Report yang dirilis oleh UNESCO pada tahun 2011, menyatakan bahwa Indonesia menduduki peringkat ke-69 dari 127 negara dalam penelitian UNESCO untuk Indeks Pengembangan Pendidikan. Rendahnya rasio antara anak-anak yang menempuh pendidikan dengan jumlah anak-anak keseluruhan di Indonesia bukanlah satu-satunya komponen penilaian, namun juga karena masih banyaknya komponen pendidikan itu sendiri yang masih jauh dari kata sempurna. Pada tahun 2010, Kemendiknas merilis data yang menyebutkan bahwa 54% guru yang mengajar di berbagai sekolah di Indonesia masih belum memiliki kualifikasi untuk mengajar. Selain itu, adapula faktor ketidakseimbangan antara kurikulum Indonesia yang lebih memfokuskan pada kecerdasan otak kiri dibandingkan otak kanan. Hal ini dibuktikan dengan timpangnya perbandingan jumlah materi eksak dengan materi kepribadian yang diterapkan di sekolah. Padahal, penelitian menyebutkan bahwasanya kesuksesan seseorang tidak hanya didasari oleh kecerdasan intelektualnya saja, tapi juga oleh kecerdasan emosionalnya.

Sistem Pendidikan di Indonesia Menciptakan “Manusia Robot”

Salah satu penyebab lemahnya sistem pendidikan di Indonesia adalah kurangnya perhatian dari para tenaga pendidik terhadap para peserta didik selama proses kegiatan belajar mengajar berlangsung. Menurut Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Rhenald Kasali menyebutkan bahwa ilmuan-ilmuan di Indonesia memiliki kecenderungan pintar namun kurang dalam tindakan. Hal ini diakibatkan oleh kurikulum yang diterapkan di Indonesia yang terlalu memaksakan perkembangan otak peserta didik dari segi kecerdasan intelektual, bukan kreativitasnya.
 Sejak kecil, peserta didik cenderung digenjot untuk belajar materi yang cukup beragam. Materi-materi tersebut pun pada umumnya hanya berupa makanan bagi otak kirinya saja, tanpa ada penyeimbang asupan bagi otak kanan. Sistem pendidikan di Indonesia memaksa agar seluruh peserta didik menelan materi-materi tersebut yang sebagian besar dalam bentuk konsep dasar dengan praktik yang minim. Belum lagi, materi yang diajarkan di sekolah pada umumnya hanya berupa gambaran umum atau konsep yang berupa abstraksi tanpa pendalaman pada fokus tertentu. Hal inilah yang menyebabkan beratnya bobot pelajaran yang harus dihadapi para peserta didik karena mereka harus mempelajari materi yang banyak dan luas.
Pemaksaan dalam bentuk ini menyebabkan peserta didik cenderung untuk merasakan stress atau tertekan dalam menghadapinya. Terutama ketika mendekati ujian. Banyaknya materi yang harus mereka pelajari memaksa mereka untuk menerapkan sitem kejar semalam atau sering disingkat dari SKS. Sistem Kejar Semalam adalah sistem belajar yang dipilih oleh peserta didik dalam mengejar materi yang akan diujikan esok hari hanya dalam semalam. Hal ini bukan hanya dikarenakan tingkat kemalasan dari peserta didik itu sendiri, tapi juga disebabkan oleh banyaknya materi yang harus dipelajari peserta didik dengan periode waktu yang cukup singkat.
Alasan lain yang sering ditemukan ketika peserta didik stress adalah mereka merasa bosan belajar karena minimnya inovasi yang diterapkan para tenaga pendidik dan pemerintah dalam proses belajar mengajar. Selain itu, para peserta didik juga merasa lelah menyantap seluruh materi yang disediakan tanpa adanya selingan dalam bentuk aktivitas lainnya. Kebosanan inilah yang akan mengganggu perkembangan otak, terutama dari segi kreativitas peserta didik. Tekanan pada otak ini juga akan berpengaruh pada perkembangan jiwa peserta didik dimana mereka akan merasa lelah secara mental dalam mengejar materi yang ada di sekolah.
Kelemahan dalam memperhatikan kepentingan integrasi dari kecerdasan otak serta emosional peserta didik inilah yang harus segera diataasi. Sebab apabila kita menilik kembali, proses belajar bukanlah hanya sekadar mendengarkan guru, menghafalkan isi buku, menjawab soal ujian, mendapatkan nilai bagus, dan selesai, tapi juga membutuhkan proses kreativitas dari para peserta didik dalam mengolah informasi yang mereka dapatkan. Sistem di Indonesia telah menjadikan para tenaga pendidik sebagai pusat dari segala proses kegiatan belajar mengajar. Sistem menganggap bahwa para peserta didik adalah sebuah kertas putih kosong yang siap ditulisi pengetahuan dari para guru. Mereka kurang diberi kesempatan untuk melakukan penyerapan sendiri terhadap materi yang mereka pelajari. Jadilah mereka, para manusia manja yang hanya bisa disuapin materi oleh para tenaga pendidik. Seperti layaknya robot yang bergerak hanya mengikuti programnya, otak dari peserta didik pun bekerja dan belajar sesuai dengan ‘doktrin’ dan materi dari para guru. Maka, tak heran apabila kita sering melihat berita bahwa banyaknya lulusan sarjana S1 yang menjadi pengangguran. Hal ini bukanlah disebabkan mereka tidak pintar, tapi kurangnya kreativitas dari dalam diri mereka. Makadari itu, sangat penting bagi sistem pendidikan di Indonesia untuk turut membangun dan mengembangkan potensi yang ada di dalam diri peserta didik. Kita harus pintar dalam menggali potensi tersebut agar kelak, lulusan yang dihasilkan bukan hanya manusia yang patuh akan sistem, tapi dapat berinovasi demi pembangunan bangsa ini.

Manusia Penyembah Nilai

Sistem pendidikan di Indonesia mengajarkan bagaimana peserta didik dapat menyerap seluruh materi yang ada demi dapat menjawab soal dengan baik dalam ujian. Hal inilah yang menciptakan mindset di kalangan peserta didik bahwa mereka belajar dan bersekolah hanya untuk mendapatkan nilai bagus dan mencapai prestasi akademik setinggi-tingginya. Esensi dari kegiatan belajar itu sendiri yang merupakan ajang untuk mendapatkan ilmu seluas-luasnya pun hilang.
Prestasi akademik di kalangan peserta didik bagaikan sebuah momok. Mereka belajar semaksimal mungkin untuk mendapatkan nilai terbaik di ujian. Banyak hal yang mereka korbankan dalam proses mencapainya, terutama waktu dan kesempatan untuk mengembangkan minat dan bakat mereka. Peserta didik bagaikan manusia yang menjadikan nilai sebagai “dewa” mereka, yang harus selalu mereka dekatkan dan berani mengorbankan opportunity cost lainnya yang terkadang jauh lebih besar dari belajar.
Peserta didik tak lagi memikirkan bahwa tujuan mereka belajar adalah untuk menambah pengetahuan mereka yang kelak akan diaplikasikan di kehidupan nyata. Mereka fokus menghafal dan melahap seluruh materi yang mereka hadapkan untuk memperoleh nilai yang baik di ujian. Hal inilah yang menjadikan mereka merasa tertekan apabila mereka tidak mendapatkan nilai yang baik. Padahal, kesuksesan seseorang di dunia kerja bukanlah hanya dari baik atau buruknya nilai seseorang tersebut. Terlebih lagi, hal ini akan menciptakan kecemburuan sosial apabila nilai yang mereka peroleh lebih jelek dari nilai teman-temannya. Kecemburuan inilah yang kemudian akan berdampak besar bagi tingkat persaingan antar peserta didik. Mereka tidak lagi memandang temannya sebagai teman yang seyogyanya saling mendukung satu sama lain dalam menempuh satu tujuan, tapi menjadikannya sebagai musuh dalam meraih impian mereka. Hal ini pula yang akan menciptakan sifat ambisius yang tidak sehat dan menimbulkan konflik di antara mereka.

Memanusiakan Manusia

Mencoba menelisik kembali apa sebenarnya yang menjadi dasar dari terselenggaranya sistem pendidikan di Indonesia. UUD 1945 Pasal 31 ayat 3 menyebutkan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang. Menurut UU Pendidikan No. 20 Ttahun 2003 Pasal 3 sendiri menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta tanggung jawab.
Melihat kepada tujuan-tujuan pendidikan nasional di atas  memiliki satu fokus besar, yakni membentuk karakter peserta didik. Jelas terlihat bahwa tujuan dari pendidikan nasional sendiri bukan hanya menciptakan manusia-manusia pintar, namun juga manusia yang berkarakter dan memiliki daya inovasi yang tinggi. Makadari itu, cukup mengherankan apabila kita masih sering melihat banyaknya peserta didik yang melakukan aksi tawuran, ataupun tindakan asusila lainnya. Masih banyak pula kita lihat peserta didik yang mengalami stress ketika mendekati hari ujian dan mengalami gangguan secara psikisnya.
Peserta didik yang merasa tertekan akan terhambat pertumbuhan dan perkembangan di dalam dirinya. Tingkat produktivitas dari mereka pun akan menurun sebab mereka akan merasa tidak nyaman di dalam setiap melakukan kegiatan. Mental para peserta didik pun akan menjadi kecil ketika mereka mendapatkan nilai ataupun prestasi yang tidak menonjol. Hal ini akan menyebabkan mereka merasa menyesal dan menyalahkan diri mereka sendiri atas kegagalan yang mereka hadapi. Terlebih lagi apabila mereka justeru cenderung menyalahkan orang-orang sekitarnya.

Konsep penyajian pendidikan di Indonesia sejak awal. Apabila dilihat kembali, cara penyajian pendidikan tidak sinkron terhadap tujuan dimana sebagian besar tenaga pendidik hanya mengajarkan materi-materi yang berupa pelajaran eksak. Cara mengajar mereka pun minim inovasi sehingga menimbulkan kebosanan di peserta didik. Sangat sedikit sekali materi-materi yang mendukung perkembangan diri dan pembentukan karakter peserta didik. Pendidikan kini hanyalah sebuah alat untuk mencerdaskan otak manusia, bukan mencerdaskan tindakan manusia. Makadari itu, perlu rombakan dari keseluruhan komponen di dalam sistem pendidikan itu sendiri untuk mencapai sebuah sistem yang komprehensif dan terintegrasi dalam menciptakan lulusan yang tak hanya cerdas secara fikiran, namun juga secara moral. Perlu adanya upaya memaksimalkan implementasi pendidikan nasional untuk memanusiakan manusia. Dengan begitu, manusia yang dicetak dari sistem itu sendiri merupakan manusia yang benar-benar manusia dan bukan lagi manusia robot.