Wednesday, October 30, 2013

Malam

Malam.. Jangan pernah lelah yaa untuk selalu mengingatkanku dalam heningmu.
Malam.. Jangan pernah bosan yaa untuk selalu menjagaku dalam dinginmu.
Malam.. Jangan pernah letih yaa untuk selalu menemaniku dalam gelapmu.

Sadarkanku selalu sebelum siang kembali datang 'tuk mengambil sadarku
Ingatkanku selalu sebelum siang kembali datang 'tuk merenggut ingatanku

Bukan karena terang lalu aku dapat hidup bersama siang.
Tetapi karena tak ada terang, aku dapat hidup bersama malam.
Karena ketika itulah, aku dapat memahami "Siapa Aku Sebenarnya"

Hah....
Kenapa ini? Kenapa ku harus terus mengigau?
Bukankah ini bukan seperti aku biasanya?
Lalu dimana malam?
Bukankah ia bertugas untuk mendampingiku?
Membimbingku untuk kembali dalam diriku sebelum siang memisahkan kembali?

Hah....
Aku baru ingat!
Malam! Walau ia hening, dingin dan gelap, ia memiliki selera humor yang tinggi
Entahlah, ku tak memahaminya
Mungkin ia hanya membiarkanku untuk berdiri sendiri
Belajar mempersiapkan diri sebelum siang kembali
Ahya! Mungkin iya, seperti itu.
Malam tak pernah salah
Karena malam selalu ada untuk memahami.

Friday, October 18, 2013

(Re-Blog) Apa Kabar?

Kamu, tujuh-tahun-mendatangku,
Ah, lama, ya, tak bincang lewat kata. Kabar baikkah? 
Ya, tertawa saja jika kutanya kabar. Tak apa pula, bukan, jika kini tak tahu-menahu kabar? Toh, romantis bukan bisikkan kabar tiap saat, cukup saling pinta dalam diam agar dijadikan satu saat siap nanti. Namun, tetap saja terus kuharap primamu di setiap waktu.Baik-baik, kumohon

Kamu, yang ternyata-mungkin-lebih-atau-bahkan-kurang-dari-tujuh-tahun-mendatangku, 
Bagaimana kau lewati harimu? Bagaimana usaha gapai (aku yang) masa depanmu? Berat, ya? Tak pernah ada yang katakan itu akan mudah jika perihal yang mendatang. Namun, ingat, yang mendatang menanti. Jangan pernah nikmati tiap jatuhmu. Terus berjuang, kumohon.
Bayangan tentang yang mendatang jadikan saja semangatmu. 
Miliki selalu pelukan di tengah hingar bingar perseteruan isi pikiran. 
Miliki selalu genggam yang menguatkan, bukan melepaskan. 
Miliki selalu hati yang mengerti, tidak memaksakan. 
Miliki selalu dekap yang tak pernah membiarkan, tapi mengiringi sampai tujuan. 
Pun ingat, miliki selalu senyum yang menjadi hangat sekaligus sejuk.
Saling memenangkan. Saling menyelamatkan. 
Masa yang menyenangkan. Masa yang menenangkan. (Amien) 

..... 
Maaf, tadi kau bergumam apa? Aku sendiri bagaimana? 
Pun di sini sama: tak mudah. Namun, entah, manjakan lelah juga jenuhku tak pernah lebih menggiurkan dari perjuangkan masa depanku (yang ada kamu).
Kerahkan seluruh kemampuan 'tuk cipta kemampuan yang lebih pantas. 
Biarkan dulu saja lah aku. Semuanya untukmu, tahukah? 
Murni bukan untukku berbangga, melainkan untukmu berbangga, setelah orangtuaku. Karena sungguhlah, kemampuan sebenarnya bukan ajang perempuan (sepertiku) untuk menyombongkan diri, tapi 'tuk menggandeng tangan laki-laki(ku) agar tak kerepotan sendiri. Karena masa depan sudah tentang dua orang, bukan? 
Mengerti, ya, kumohon


The woman is the reflection of her man.” — Brad Pitt
Bacanya buatku malu (dan tidak pantas). Entah, kamu yang (semoga) baik akhlak, hati, juga imannya, akan dikatakan apa jika berdamping aku? Bahkan aku akan bingung setengah mati jika Tuhan tetap pilihkan aku untukmu. 
Akhlakku masih jauh dari sempurna, lalu bagaimana bisa aku dipilih Tuhan 'tuk jadi pendampingmu? 
Bacaanku masih fiksi kacangan dan bukan Al-Qur'an, lalu bagaimana mungkin aku bisa menjadi tuntunan bagi anak-anakmu? 
Tubuhku masih belum terjaga sempurna, lalu bagaimana mungkin aku bisa menjadi rumah yang aman bagimu? 
Hatiku masih penuh dengan iri pula angkuh, lalu bagaimana mungkin aku bisa menjadi penyejuk hatimu? 
Tanganku masih malas bantu sesama, lalu bagaimana mungkin aku bisa menjadi tangan kananmu bangun rumah tangga? 
Telingaku masih suka dengar yang jahat, lalu bagaimana mungkin aku bisa menjadi pendengarmu yang baik? 
Lisanku masih suka banyak bicara pula berkata tak layak, lalu bagaimana mungkin aku pantas menjadi pelipur laramu? 
Masih jauh perjalananku agar pantas menjadi pendampingmu.Bersabarlah, kumohon.
Mari anggap ini menyenangkan, menunggu janji-Nya yang tak pernah ingkar, dalam usaha menjadi ikhlas dan taat. 
Aku hanya harap, semoga kita ada dalam satu ego nanti: ingin saling memiliki, selamanya. 

Sungguhlah, bukan aku diam, Dia tahu betapa aku selalu ribut dan berisik memintamu dalam sujud panjang di akhir rakaat. 
Pun bukan aku diam, hanya saja takdir masih menuntut kita 'tuk berjalan lebih lama. 

Kau pun tahu, menemukan hanyalah perihal waktu. 
Namun, keyakinan justru yang nyatanya bukan perkara waktu. Keyakinan bahwa masing-masing adalah yang terbaik untuk masing-masing. 
Karena pada akhirnya hidup memang hanya perihal mencari jalan terbaik menuju mati, juga yang terbaik sebelum mati. 
Sekarang kutanya, apa yang ingin kau capai dalam hidup? 
..... 
..... 
Kalau aku, jadi yang kau gapai sebelum mati. :) 

Sekian dulu, sudah larut. Selamat tidur, Tuan. 
Aku akan sedia di sisi ragamu suatu masa, setiap lelapmu, pun terjagamu. 
Dan jadilah satu yang kubangunkan Subuh-nya, lalu jadi Imamku, selamanya... 



Tertanda, Rumahmu.



Sumber: http://ayagz.blogspot.com/2013/06/apa-kabar.html

Monday, October 14, 2013

What Should I Do Then?

Ketika anganmu perlahan menjauhimu, melayang terus terbang ke belakang tanpa memperdulikanmu, apa yang akan kamu lakukan?

Memantapkan hati untuk terus melangkah ke depan dan bersiap merajut asa lainnya?
Atau
Membalikkan badan dan mencoba meraihnya kembali?
Atau bahkan
Hanya berdiam diri, meratapi angan yang terus menjauhimu dan mencoba berjalan dengan hati gundah?

12:01 AM
October 14th, 2013
D-2 Midterm Week

Seperti biasa, setiap kali mau UTS/UAS, setiap kali dihadapkan dengan hal-hal yang bikin lelah dan stress, hati ini kembali meragukan langkah yang tengah kujalani sekarang. Saat seperti ini, selalu menjadi titik poin dimana diri ini sangat tidak berdaya menghadapi ilusi-ilusi angan yang telah berlalu. Hanya bisa terus meratapinya dan diam berdiri melihat semua janji asa di masa depan.
Kalau ku ingin, aku bisa aja melupakan semua dan melajutkan langkah ini. Toh, semua kejadian ini adalah pilihanku sendiri. Tidak ada yang bisa disalahkan. Salahku, murni. Lalu, kenapa aku terus menangisinya? Karena aku tak sanggup mengulang waktu dan mengubah segala pilihanku di masa lalu. Karena aku tak sanggup melupakan semua impian yang telah ku bangun sejak dulu yang kemudian dihancurkan oleh diriku sendiri. Lalu kenapa tak mencoba membangun mimpi baru dengan tempatku berdiri sekarang? Kembali lagi, aku tak cukup berdaya untuk melupakan seluruh anganku dahulu.

Lalu, pertanyaan besarnya kini...
Apa yang harus aku lakukan selanjutnya?

Sunday, October 6, 2013

imy

Q: What's the worst feeling you've ever have?
A: Missing someone that you love but you cannot do anything.

Ketika rindu menyapa, adakah yang bisa menolaknya? Datang begitu tiba-tiba ketika diri ini begitu lemah. Tersudut diam dan tersadar bahwa diri ini memang membutuhkannya.
Ketika rindu menyapa, pada siapa ku harus katakan? Pada orangnya langsung? Diri ini terlalu bingung untuk merangkai kata. Memendam rasa dalam hati, membiarkan diri terus terperangkap angan, dan mengeluh dalam diam.
Ketika rindu menyapa, terus menyeruak dalam hati dan membuncah dalam bisunya bibir ini. Dalam heningnya malam, dan disaksikan dinginnya angin yang berhembus, ku berdoa. Yaa Allah, tolong hilangkan rasa ini, setidaknya kuranginlah, hingga esok pagi, ketika fajar menjemput, dan membawanya kembali padaku.

Friday, October 4, 2013

KiranAgis

"Halo Kirana sudah lama tak bertemu!!"

Selama itu gue ga cerita mengenai Kirana serta likaliku kehidupannya. Hmm, baru kepikiran ingin ketemuan sama Kirana lagi eh benar aja langsung ketemu sama Kirana. Sudah terlalu lama ga cerita panjang lebar dengannya dalam hening.

Kabarnya baik. Kirana saat ini sangat baik kabarnya. Tapi ketika ku tanyakan kembali mengenai keberlanjutan kehidupannya, ia hanya tersenyum. Hmm baru kali ini gue ngeliat senyuman yang segitu ga bisa diartikannya dari Kirana. Dia cuma bilang, 'Jangan pikirin gue dulu Gis. Lo sendiri gimana?'. Hanya satu yang bisa gue artikan dari kalimat itu, dia gamau ngebahas masalahnya. Entah ada apa dan mengapa, gue cuma bisa memakluminya dan mulai cerita ke dia gimana gue saat ini.

Selama gue cerita panjang lebar, terlalu banyak ekspresi Kirana yang berubah-ubah dan sumpah, gue gabisa mengartikannya. Selama gue cerita, ga ada satupun kata yang terlontar dari mulutnya. Hingga akhirnya gue capek dan bertanya 'Ran, gue udah selesai cerita. Sekarang terserah lo deh, mau nanggepin apa enggak'

Kirana pun langsung panjang lebar nanggepin cerita gue

"Gis, dari awal, dari awal gue kenal lo. Gue udah ngerti banget sikap dan sifat lo Gis. Entahlah, kalo gue jadi orang awam, gue bakal ngatain lo bego. Lo orang sebegobegonya bego. Yaa kayak yang lu rasakan ketika orang lain meragukan lo. Tapi untungnya gue bukan orang awam dan bukan orang yang baru kenal lo sebulan dua bulan. Gue tau lo emang ga enakan, gue tau lo terlalu baik dan selalu gabisa marah dan selalu ngasih orang lain kesempatan. Tapi untuk kali ini doang gue gabisa berkata apa-apa Gis. Lo terlalu baik. Terlalu baik. Lo tau kan hal yang berlebihan itu ga baik? Tapi kebaikan lo masih belum berlebihan sih, tapi udah keterlaluan. Gue salut Gis, gue ga ngerti lagi. Gue cuma bisa lo bakal selalu diberikan yang terbaik sama Allah. Gue ngerti kok, gue ngerti setiap keputusan yang lo ambil itu udah semuanya lo pikirin mateng-mateng, udah lo ngertiin juga konsekuensinya. Gue paham Gis. Gue sayang lo Gis! Gue cuma gamau liat lo kecewa. Gue udah terlalu sering ngeliat lo kecewa kemarin-kemarin."

Sepanjang ocehan Kirana itupun gue hanya bisa memejamkan mata, mendengarkannya setiap katanya dalam hening, memikirkannya dalam-dalam, dan mengamini setiap doanya.

Yaa Allah, doaku ini memang singkat tapi memang ini sangat muluk sekali. Aku hanya ingin yang terbaik dari-Mu, eventhough itu bukan yang terbaik untukku, sadarkanlah aku bahwa memang itu yang terbaik. Jangan biarkan aku terjebak dalam ilusi-ilusi keinginan ego semata.