Monday, March 31, 2014

Tulisan Malam Hari

Wahai Tuan pengisi malam...

Tinggalkanlah sejenak setumpuk kertas di hadapanmu.
Lupakan dahulu segala urusan materimu
Cobalah engkau tengok bintang di ujung sana.
Sinarnya terang memancarkan kerinduannya padamu.
Berbincang denganmu walau sesaat, itulah yang ia inginkan.
Sapalah ia sejenak, Tuan. Kasihilah ia yang sedari tadi menatapmu penuh kasih.

Jangan lupa Tuan,  untuk menegur dinginnya malam dengan kehangatanmu.
Bertemanlah dengannya agar kau senantiasa selalu dilindungi.
Sampaikan salamku juga pada kesunyian malam yang tengah membantumu tak bergeming.
Walau mereka tak membalas semua sapamu, jangan khawatir Tuan.
Yakinku mereka tetap bersamamu dengan caranya mereka sendiri.
Seperti hatiku di sini, masih setia menemani jagamu, lelapmu, hingga bangunmu kembali.

Ahya, dan tentu Tuan, ada setianya doaku untukmu, agar engkau senantiasa dilindungi-Nya hingga mentari kembali terbit menyapamu.
Yaitu ketika engkau kembali menyambutku dengan kasih dan senyummu.

Tertanda,

Aku, Bintangmu.

Saturday, March 29, 2014

Sepenggal Kalimat.

Aku: Aku kangen... Ini sinyalnya ga ngerti banget ada orang kangen apa :(

Dia: Kalau lagi kangen, saling mendoakan biar sama Allah dijaga :)

Hatiku: Yes, of course honey. Doaku untukmu, semoga Allah terus dapat menjaga hati ini dan hatimu, cinta ini dan cintamu, dan juga hubungan aku dan kamu. Semoga Allah selalu melindungi kita berdua dan selalu mengiring kita ke jalan yang benar. Semoga Allah akan selalu memberikan yang terbaik untukku dan untukmu. Memperlancar segala urusan perbaikan diri. Aku sayang kamu and it's a bless to having you by my side. Kamu, yang ga hanya selalu mengingatkanku menjaga hati dan perilaku, tetapi juga menjaga hubungan dengan Sang Maha Pencipta. Terimakasih yaa Allah telah menghadirkannya di sisiku :)

Sabtu, 29 Maret 2014

Bolehkah Aku Mengetahuinya?

Wahai Sang Maha Melihat, Kau tau betapa sulitnya ku kembali ke dalam rumah ini. Kunci tunggal yang Kau ciptakan, harus susah payah ku menemukannya sebelum ku dapat membuka pintu ini. Kaki lemah ini sudah Kau paksakan melangkah di halaman rumah yang bebatuan panas terpapar sinar matahari. Badan ini sudah Kau perintahkan untuk berpeluh keringat. Hati yang rapuh ini bahkan sudah Kau uji untuk patah di awal pencarian.

Wahai Sang Maha Mendengar. Doa dan inginku tak bosan-bosan ku ucapkan pada-Mu. Satu dua kalimatku pun mulai Kau dengar dan wujudkan. Tapi tak sedikit pula kata yang Kau acuhkan.

Wahai Sang Maha Mengetahui. Aku tahu Kau telah mempersiapkan hal yang baik dan indah untuk segala perjuanganku yang cukup berat di awal ini. Kau pun telah menjanjikan bahwa tak ada usaha manusia-Mu di dunia ini yang sia-sia. Tapi, bolehkah aku sedikit mengintip apa yang telah Kau tuliskan untukku? Bolehkah aku mengetahuinya? Aku hanya penasaran. Apakah perjuanganku sudah cukup pantas mendapatkan janji-Mu itu? Atau ini hanya sekadar kesombonganku atas segala nikmat-Mu?