Friday, December 19, 2014

Tetesan Rindu

Aku bosan.
Seharian ini aku sibuk mengurus hidupku untuk mengejar angka-angka yang kata orang, penentu hidup.
Aku lelah menatap segala simbol, angka dan sama dengan di kertas lusuh itu.
Perlahan ku alihkan pandanganku ke arah jendela
Perduli apa aku sama tugas yang baru bernomorkan 2 dari 5 itu.
Aku bosan.

Sore ini langit sedang meneteskan bulir-bulir berkahnya membasahi bumi.
Lama ku menatap jendela kamarku dan perlahan hati ini pun ikut larut bersama tetesan itu.
Tenang dan damai rasanya.

Hujan memang selalu berhasil membawa kembali kenangan terdahulu.
Bahagia, canda dan tawa.
Sedih, bimbang dan tangis.
Semua bercampur jadi satu dengan berpayungkan satu nama cinta.

Tak sulit bagiku merapalkan namamu.
Namun tak mudah untuk hatiku harus kembali bertemu bayangmu.
Bukan karena kamu yang ingin kulupakan, tapi karena senyummu yang sulit ditinggalkan.

Ketika orang berkata cinta itu tak harus memiliki.
Aku bersumpah bahwa ia telah salah memaknai cinta.
Bukan karena aku ahli membicarakan hal itu.
Tapi karena aku telah mulai menghadapinya.
Bahwa aku dan kamu mungkin tak bisa bersama, tapi aku tetap memilikimu dengan caraku.
Dan kamu, tetap bisa memiliku meski tangan kita tak lagi saling menggenggam.

Kisah kita mungkin sudah usai. Namun bukan berarti tidak ada memori yang tak bisa dikenang.
Bukan berarti pula tiada wajah yang tak pantas dirindu.

Bersama hujan yang terus membasahi bumi, ku sampaikan rinduku padamu, cinta dan kebanggaanku.