Wednesday, November 26, 2014

Kemana Rembulanku?

Langkah kecilku perlahan berubah menjadi langkah besar-besar saat aku mulai memasuki jalan setapak itu. Bukan karena malam yang semakin menunjukkan kegelapannya, bukan juga karena di sepanjang jalan tersebut ada 2-3 kumpulan muda-mudi nongkrong dan 'bermain' bersama, toh aku juga sudah sering jalan sendiri di situ malam-malam. Entahlah, gerakkan kakiku seakan diperintahkan oleh hati yang sewaktu itu berteriak ingin cepat pulang.

Kepalaku pusing tak karuan. Dinginnya malam yang terus memelukiku menambah kepeluan hati ini. Di tengah jalanku yang cepat-cepat tadi, ku dongakkan kepalaku ke atas langit. Aku hanya berharap di sana akan ada bulan yang bersinar atau bintang yang banyak berkelap-kelip. Setidaknya itu bisa menghiburku sedikit. Tapi sayang, tak ada satu bintangpun ku lihat di langit kelam itu. Bulan pun hanya berupa garis-garis bayang putih kekuningan di ujung langit sana.

Langkahku pun semakin ku paksa agar semakin lebar yang dipenuhi oleh rasa putus asa dan kecewa. Bahkan, di saat seperti ini pun, langit tak mencoba membuatku tersenyum sedikitpun. Hatiku pun ga henti-hentinya memaki,

Kemana rembulanku?