Halo kawan, apa kabar dirimu di sana? Hmm sudah lama kita tidak berbincang yaa... Iya sih kita sering berbincang lewat Whatsapp ataupun BBM selama ini, tapi bukan mengobrol seperti itu yang ku maksud. Berbincang langsung, bertatap muka yang ku rindu. Membaca gaya tubuh saat kau uraikan kisahmu lah yang ku rindukan. Melihat matamu yang selalu menggambarkan suasana hatimu lah yang ku inginkan. Serta ekspresi mukamu yang penuh dengan arti yang selalu ingin ku lihat. Yaa walaupun rautmu itu seringkali berbicara hati yang sedang gundah gulana.
Hahaha, iya masih jelas di ingatanku, bagaimana dulu kamu tiap hari berkeluh kesah padaku mengenai satu perempuan yang telah membuatmu terjatuh dan terpenjara dan seakan kau tidak dapat lagi keluar dari hatinya. Bagaimana? Bagaimana perasaanmu sekarang kepadanya? Ahya aku tau jawabannya, karena kau baru saja ceritakan tentangnya kepadaku. Senang adalah ketika aku masih menjadi orang terpercayamu untuk menceritakan hal mengenainya. Namun, terkadang, gurauan dan canda di tengah obrolan kawat kita itu terasa hampa. Kosong karena yang kulihat hanya tulisan dan emoticon-emoticon, bukan muka layumu yang biasa kau munculkan ketika kau bercerita tentangnya. Kau adalah orang yang paling manut dan paling ga rasional mengenai hati hahaha padahal kau yang terpintar. Bahkan mengenai hatiku saja, kau tidak dapat melihatnya dengan waras. Hingga aku pun tertular ketidakwarasanmu itu ketika berhubungan dengannya. Namun kamu, tetap menjadi pengingat yang terbaik di tengah ketidakrasionalanmu itu. Kamu yang baru saja mengobrol tidak langsung denganku, ada apa? Apabila ada kisah yang ingin kau bagi, aku masih sama seperti dulu, aku masih temanmu yang siap mendengar segala ceritamu. Bahkan, seperti katamu, aku siap untuk menjadi orang yang selalu mengerti kamu.
Ahya, kalau kamu, iya kamu, apa kabar? Hmm kamu yang sekarang tampaknya sudah sangat sibuk sekali dengan kegiatan-kegiatan kampusmu, sampai-sampai seperti sudah tak ada waktu lagi untukku. Padahal dulu, setiap canda dan tangismu, kau bagi kepadaku. Yaa walaupun lebih sering harus ku tanya terlebih dahulu karena kamu yang terlalu kaku untuk bercerita. Hmm aku teringat, yaa hebat yaa 2 wanita itu berhasil menembus tembok hatimu yang dingin hingga akhirnya kau bingung sendiri dan tak bisa memilihnya. Aku masih ingat sekali kisah-kisahmu dengan mereka. Aku juga tak lupa kisahmu dengan kisahku. Ketika kita tersadar bahwa kita sebenarnya pernah saling terjatuh satu sama lain tanpa kita sadari. Kita terlalu nyaman dengan keakraban dan kehangatan itu hingga kita tak mengerti bahwa dahulu rasa itu ternyata lebih dari sekadar kata 'teman'. Kesadaran yang kita temui pun di waktu yang berbeda. Hmm, mungkin itu yang terbaik. Apa kata dunia apabila dirimu ada kisah dengan 3 orang sekaligus (apabila ditambah diriku) yang mereka bertiga juga temenan. Hahaha. Senang juga rasanya bisa menembus dinginnya hatimu dulu, baik sebagai teman ataupun sebagai................ Ah sudahlah. Hmm aku baru mengerti, pantas saja dahulu kamu marah besar ketika ku lanjutkan hubunganku dengan dengannya waktu itu. Pantas saja kau telepon aku dan marah-marah hingga sukses membuatku menangis semalaman. Pantas..... Tapi kenapa kamu tidak ingat bahwa kau pernah marah padaku yaa?? Hmm yasudahlah. Lalu sekarang, apa hatimu masih sedingin dulu? Apa kabar teman?
Lalu kalau kamu yang kini sedang asik belajar, apa kabar? Bagaimana dengan pacarmu itu? Hmm sekarang sudah hampir 3 tahun kah? Aku tak ingat betul kapan kau mulai berpacaran dengannya, yang ku ingat adalah semenjak dengannya, kau berhenti melirik ke sana sini. Iya iyaaa aku masih ingat kebiasaanmu itu. Mungkin stok cinta di hati kamu berlebihan yaa hingga kau selalu merasa tidak puas dan selalu melihat perempuan lainnya walau kau tau di sampingmu telah ada orang lain. Hahahaha tapi semenjak dengannya, kau berubah yaa. Lebih rajin dan lebih giat melakukan aktivitas dan yang paling utama sih, kau mulai mengerti bahwa perempuan di sampingmu itu sudah lebih dari cukup. Aku turut bahagia mendengarnya. Kita sudah lama tak berbincang kawan. Sudah lama sekali. Ku harap kau sehat dan baik-baik aja yaa di sana. Ahyaaa, dan langgeng-langgeng yaa sama dia.
Kamu! Yaaa aku hampir lupa sama kamu. Hahaha ga deh, kamu tak pernah ku lupakan. Kamu yang selalu merasa dirinya setia dengan menunggu cinta sejati dari perempuan itu hingga bertahun-tahun hanya karena kau tidak bisa melakukan hubungan jarak jauh namun kau yakin bahwa jodohmu adalah dia. Masih ku ingat kisah-kisahmu tiap akhir minggu melalui telpon mengenai bagaimana perkembangan hubungan kalian. Iyaa, telpon-telpon yang menyebabkan kau sempat terjatuh pula padaku, yang justeru dahulu sempat membuat kita (sangat) jauh karena adanya percampuran rasa di dirimu. Aku masih ingat bagaimana pengakuanmu mengenai rasamu padaku dan rasamu padanya, yang membuatku hanya bisa diam dan marah padamu lalu kau berbalik marah padaku. Hingga akhirnya kita kembali pada titik bahwa kita saling membutuhkan dan kau tau bahwa kebutuhan itu pun hanya sekadar sahabat, tak lebih. Sudah lama sekali kau tidak kisahkan mengenai perempuan itu, yang telah membuatmu jatuh dan tak dapat ke lain hati. Aku rindu omelanmu mengenai sikapku yang terlalu berlebihan ke teman-teman cowok. Ku rindu perdebatan kita mengenai sikapku yang menurutmu telah memberi harapan berlebih ke cowok-cowok, padahal aku merasa itu biasa aja. Aku rindu segala nasihatmu terutama mengenai menghadapi cowok-cowok itu. Aku rindu kamu, teman.
Huuuh.... Hampir lega menulis semua kegundahan dan kerinduan hati ini untuk kalian. Aku ingin sekali bertemu kalian, memeluk erat kalian seakan tak terpisah lagi, mengobrol hangat seperti layaknya tak ada waktu yang memisahkan dan berbagi kisah seperti tak ada lagi batas antara kita. Aku rindu kalian, sungguh.
17 November 2013, 11 pm
Ditulis dengan perasaan sangat rindu kepada para sahabat dan dengan mata yang berlinang menahan rasa yang menyeruak dari hati,
-Gisty Ajeng Septami-
No comments:
Post a Comment